Para Bule yang Cintanya Berlabuh pada Orang Batak

Share this:
Annette Horschman, yang kini menjadi aktivis lingkungan di kawasan Danau Toba, menikah dengan pria Batak dan dikaruniai 3 anak.

Sebelumnya ia sudah berkenalan dengan seorang pemandu wisata di Tuktuk, Antonius Silalahi. Pemuda ini lalu mengajaknya bekerja sama untuk menjalankan bisnis di bidang pariwisata.

“Setelah saya pikir-pikir, kenapa tidak dicoba? Lalu saya terima ajakannya, karena saat itu saya melihat wisatawan mancanegara memadati setiap sudut Tuktuk. Saya pikir ini peluang,” katanya.

Pada periode itu, terjadi lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara dari sekitar 200.000 orang pada 1993 menjadi 265.000 orang pada 1994.

Puncaknya pada tahun 1995 sebesar 300.000 orang, kemudian turun drastis pasca krisis ekonomi di Asia tahun 1997 yang diikuti jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, menjadi sekitar 90.000 orang pada 1999. Pada 2010, kunjungan wisatawan asing belum pulih seperti era 90-an.

Lalu mereka sepakat mendirikan restoran vegetarian pada awal 1994. Silalahi menyediakan lahan dan Annette dengan sisa uang yang dimiliki membangun fisik dan peralatan yang diperlukan. Pilihan restoran vegetarian rupanya cukup tepat. Sejak dibuka, restoran itu banyak pelanggan, terutama dari kalangan tua, karena pada saat itu sedang tren dan banyak wisatawan kakek dan nenek dari Eropa memilih berlibur ke Asia untuk melewati musim dingin.

Usaha restoran berkembang pesat, lalu mereka kemudian memperluas usaha dengan menyediakan roti. Mereka menjalankan bisnis ini secara profesional, walaupun di antara keduanya juga telah terjalin hubungan cinta.

Bagi orang Batak, hubungan cinta tidak bisa dilakukan secara terselubung. Maka mereka mengesahkan hubungan mereka dengan pernikahan menurut adat Batak pada pertengahan tahun 1994.

Untuk memenuhi adat, sebelumnya Annette diangkat menjadi orang Batak dan diberi boru Siallagan, dan namanya menjadi Annette boru Siallagan.

Share this: