Antara Ahok, Buni Yani dan Jonru

Share this:
Ahok membungkuk dan menundukkan kepalanya kepada majelis hakim usai vonis 2 tahun penjara dijatuhkan kepadanya.

Demikian juga Jonru yang punya follower 1.5 juta akun. Jonru hanya bisa teriak kesetanan tanpa seorangpun peduli padanya. Ia bak prajurit bodoh yang kalah perang, dilupakan kawan-kawan dan komandannya tapi merasa masih seperti pahlawan perang.

Hakim memang wakil Tuhan di bumi. Hakim punya wewenang memutus bersalah atau tidak bersalah terdakwa. Terserah hati nurani dan logika hakim. Tapi jutaaan pasang mata yang menyaksikan proses peradilan Ahok juga punya hati nurani dan logika.

Jonru mengepalkan tangan ke udara sembari membelakangi majelis hakim usai pembacaan vonis 1,5 tahun kepadanya.

Itulah sebabnya sekalipun hakim memutus Ahok bersalah tapi jutaan orang berempati dan mau membela Ahok dengan ekspresi cinta tak bertepi.

Ada jutaan orang menangis. Meraung histeria. Meratap. Memukul dada tanda marah dan sedih, hingga banyak relawan jatuh pingsan saat mendengar vonis Ahok. Itu saya lihat sendiri saat ribuan orang tumpah di jalanan secara spontan di depan Lapas Cipinang.

Saya menginisiasi 8.000 mawar merah putih untuk kami persembahkan pada Ahok di pengadilan Ragunan. Mawar merah putih sebagai simbol cinta tulus rakyat Indonesia pada Ahok. Semua biaya itu saweran dari relawan yang membeli buku saya Mengapa Aku Membela Ahok.

Sebuah tugu keadilan juga kami buat untuk menyambut Ahok. Kami dirikan di depan pengadilan. Ada pasukan drum band anak muda masuk barisan relawan. Mereka meniup terompet dan drum mengiringi lagu mars perjuangan. Ikut memberi semangat pembebasan Ahok. Suasana penuh harap akan kebebasan Ahok dari puluhan ribu relawan di depan pengadilan 9 Mei 2017 begitu besar.

Share this: