Sejarawan Inggris: Gus Dur dan Ahok seperti Soekarno dan Diponegoro

Share this:
kompas
Seminar Nasional dengan tema Diponegoro dalam Sejarah dan Memori ini mengupas singkat tentang buku Kuasa Ramalan yang ditulis Peter Carey, sejarawan asal Inggris. Ia menulis hasil penelitiannya tentang Diponegoro, perjuangannya, serta ketidakadilan yang dialami masyarakat Jawa di masa kolonial.

Sejarah yang Bengkok
Sejarah Pangeran Harya Dipanegara atau disebut Diponegoro selama ini dinilai telah bengkok. “Diponegoro pemberontak” tercipta dari sejarawan masa lalu karena banyak keterbatasan.

Meski demikian, mengubah sejarah itu sangat sulit. “Kalau mau dikerjakan, betul-betul mengubah visi. Dan, visi pendidikan kita sudah berkarat jadi satu dan sulit mengubahnya,” kata Wardiman Djojonegoro, salah satu pembicara di seminar ini.

Mantan Menteri Pendidikan RI di 1993-1998 ini mendapatkan buku Peter pada 2009. Buku itu mengungkap bahwa Diponegoro muncul karena empati melihat rakyat Jawa yang terus ditindas kolonial, sementara rasa nasionalismenya keraton merosot.

Buku tulisan Peter itu memiliki 1.000 halaman. Di dalamnya bisa ditemukan lebih dari 2000 catatan kaki lengkap dengan bahasa Jawa dan terjemahan. Buku karya Peter telah menunjukkan hasil riset mendalam, bukti, juga fakta dari berbagai arsip otentik terkait siapa sebenarnya Diponegoro.

“Betul-betul ilmuan berdasar fakta dan bukan blog (di internet) yang lebih banyak cerita legenda,” kata Wardiman.

Wardiman mengatakan, sejarah di Indonesia, termasuk Diponegoro, memang tergantung penguasa saat itu. Belanda sebagai pemenang perang mematrikan sejarah negeri ini dan ironinya diterima begitu saja selama ini.

Share this: