Sejarawan Inggris: Gus Dur dan Ahok seperti Soekarno dan Diponegoro

Share this:
kompas
Seminar Nasional dengan tema Diponegoro dalam Sejarah dan Memori ini mengupas singkat tentang buku Kuasa Ramalan yang ditulis Peter Carey, sejarawan asal Inggris. Ia menulis hasil penelitiannya tentang Diponegoro, perjuangannya, serta ketidakadilan yang dialami masyarakat Jawa di masa kolonial.

Di balik kelemahannya secara fisik, Gus Dur memiliki dedikasi besar kepada keberagaman di negeri ini. Gus Dur menjadi sosok yang menjaga keberagaman dan semangat kebinekatunggalikaan. Setelah Presiden Soeharto jatuh, kondisi negeri karut-marut dan melukai keadilan bagi kelompok minoritas.

Gus Dur muncul dengan membuat banyak kebijakan yang menjadi landasan bagi kerukunan antarras. Saat itu, tekanan militer pada rakyat masih sangat kuat. Pasca-kerusuhan Mei 1998, Gus Dur mendorong banyak inisiatif, termasuk di antaranya mendorong etnis Tionghoa bisa memiliki hak yang sama dengan warga lain.

“Dia membuat landasan bagi dunia baru. Saat itu premanisme militer pada rakyat juga tidak bisa lagi,” kata Peter.

Setelah sekian lama berselang, muncul lagi sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Menurutnya, mantan Bupati Belitung itu memiliki karakter bicara spontan dan apa adanya seperti Diponegoro. Dengan gayanya, Ahok dinilai berjasa membuat perubahan bagi Kota Jakarta. Setidaknya ini tampak dari pendapatan daerah yang melonjak berlipat.

Menurut Peter, ini persoalan kemampuan administrasi sebagai bagian dari keahlian terpenting bagi seorang pemimpin yang membawa perubahan.

“Jangan bertanya ke saya bagaimana 4-5 tahun Jakarta bisa 4-5 kali lebih kaya,” kata Peter. “Ini seperti Diponegoro yang jago administrasi, sangat tepat dan sangat ulung,” kata Peter.

Share this: