Menilik Keberadaan Anak yang Lahir dan Hidup di Penjara dalam Film Invisible Hopes

Share this:
BMG
Invisible Hopes, film yang mengisahkan anak yang lahir dan hidup di balik jeruji penjara.

Ninik mengatakan, film tersebut bisa membingkai bagaimana kondisi perempuan dan anak-anak saat ini. Perempuan hanya punya tubuh, tapi tidak punya kuasa.

“Saya berharap, pimpinan dari pemerintah yang hari ini hadir bersedia mengkomunikasikan dengan pimpinan yang tertinggi kepada pak Menteri dan mendialogkan dengan kementerian lembaga terkait, setidaknya kepada Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka harus melihat film ini. Ini bagian kecil yang tadi dipotret, tapi persoalan besar bangsa ini. Tahap berikutnya mesti ngajak menonton film ini aparat penegak hukum kita, kepolisian, kejaksaan, Mahkamah Agung dan BNN,” ucap Ninik.

BacaPutri Ratna Sarumpaet Ini Ngaku Kesulitan Perankan Film Pariban: Idola dari Tanah Jawa

BacaBatik Kito Tembus Lapas Kelas IIB Pulau Simardan

Sementara itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Putu Elvina mengapresiasi tim Lam Horas Film.

“Selama penayangan, kita menguras air mata. Kemudian, kita akan mengingat betapa beratnya perjuangan seorang narapidana perempuan. Lalu, bayi mereka ikut berada di dalamnya. Berbagai hak-hak narapidana perempuan, termasuk anak, yang mereka kandung dan lahirkan itu merupakan bagian dari hak-hak perempuan dan anak yang harus kita perjuangkan. Kalau kita lihat di film tersebut, banyak hak-hak mereka yang terampas atau tidak diperoleh dengan baik. Tentu saja dalam momen ini kami memberikan rekomendasi mohon agar Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bisa kemudian melihat kembali upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi narapidana atau tahanan serta anak-anak yang berada di situ,” terang Putu.

Bersambung ke halaman 4..

Share this: