Yusril Tak Mau Ikut-ikutan dengan Amien Rais

Share this:
Yusril Iza Mahendra

Menurut Yusril, ucapan pemimpin itu harus lahir dari hati yang tulus, bukan kata bersayap, yang seolah diucapkan dengan kejujuran, tetapi di belakangnya mempunyai agenda pribadi yang tersembunyi.

Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka pemimpin itu tidak boleh ‘plintat plintut’ alias ‘munafiqun’, dalam makna, lain yang diucapkan, lain pula yang dikerjakan. Pemimpin seperti ini akan kehilangan kredibilitas di mata rakyat dan pendukungnya.

(BACA: Ketua DPP Gerindra: Amien Rais Bukan Bapak Reformasi, tapi Pecundang)

“Berpedoman kepada pepatah Jawa “sabdo pandito ratu” itu, maka sejak awal saya tidak berminat ataupun tertarik dengan inisiatif Pak Amien Rais yang melakukan lobi sana-sini, untuk memilih siapa yang akan maju dalam Pilpres 2019 hadapi petahana,” paparnya.

Yusril menceritakan pengalamannya pada Pemilu tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Fuad Bawazier. Saat itu, Amien Rais meyakinkan Yusril dan tokoh lain untuk mencalonkan Gus Dur. Yusril dan MS Kaban menolak karena merasa tidak ingin mempermainkan orang untuk suatu agenda tersembunyi.

“Akhirnya, pengalaman tetaplah menjadi guru yang bijak bagi saya, dan mudah-mudahan bagi orang lain juga,” tutupnya.

Share this: