Ternyata Djarot Sempat Akan Dianugerahi Gelar Bangsawan oleh Kesultanan Solo

Share this:
HARIS-BENTENGTIMES.com
H Djarot Saiful Hidayat saat berbincang bersama para ulama Sumatera Utara di kediaman pribadinya di Jalan Kartini No 6, Medan, Minggu (20/5/2018).

MEDAN, BENTENGTIMES.com – Calon Gubernur Sumatera Utara H Djarot Saiful Hidayat mengaku pernah mendapatkan kehormatan yang tak terkira. Ia ditawari gelar bangsawan oleh Kesultanan Surakarta. Namun, Djarot menolak secara halus tawaran tersebut.

Menurut Djarot, dengan kerendahan hati, ia merasa tidak sepadan menanggung gelar tersebut. “Saya mau dianugerahi gelar Kanjeng Raden Tumenggung. Waduh itu gelar hebat sekali,” ujarnya, Minggu (20/5/2018).

Pengakuan tersebut disampaikan Djarot di hadapan para ulama Sumatera Utara pada saat acara silaturahmi di kediaman pribadinya.

“Saya menjawabnya boten. Saya malu, merasa gak pantes,” katanya.

(BACA: Djarot Tatap Muka Dengan Warga Galang: Apapun Marganya, Kita Tetap Saudara)

Pasalnya, bagi Djarot, bahasa yang biasa dipakainya adalah Bahasa Ngoko. Ia mengaku tidak menguasai bahasa Kromo Inggil, di lingkungan keraton.

Pembahasan pemberian gelar tersebut bermula dari banyaknya elemen di Sumut yang ingin menganugerahinya marga.

“Banyak yang ingin memberi marga ketika saya di sini. Istri saya juga. Ada marga Siregar, Nasution, Sinaga dan banyak lagi. Terima kasih, biarlah saya dengan jati diri saya sendiri,” katanya.

Dikatakan, pemberian marga tersebut merupakan sebuah kehormatan baginya, maka Djarot pun menerina semua marga yang dialamatkan padanya.

(BACA: Apresiasi Rencana Penganugerahan Gelar Datuk, tapi Djarot Hadir Untuk Layani Masyarakat)

“Istri saya juga begitu, terakhir saya bilang istri saya itu borsi, boru semua. Bisa Sinaga, Siahaan, Siregar dan lainnya,” katanya berseloroh.

Pantauan di rumah Djarot, pada perbincangan tersebut juga membahas isu kekinian mengenai radikalisme, terorisme, wawasan kebangsaan serta stunting.

Share this: