PCR Berbayar: Ada Istilah Silver, Gold, Platinum Bikin Mafia Kesehatan Untung Besar

Share this:
BMG
M Harizal, Wakil Ketua Repdem Sumatera Utara.

MEDAN, BENTENGTIMES.com– Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Sumatera Utara melihat keberadaan praktik swab PCR (Polymerase Chain Reaction) berbayar menjadi celah bisnis para ‘mafia kesehatan‘. Semakin banyak orang menginginkan hasil cepat test PCR, semakin banyak pula keuntungan mereka.

Di sisi lain, organisasi sayap aktivis pro demokrasi PDI Perjuangan ini menilai praktik test PCR berbayar itu telah mengabaikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, terutama Sila ke-2 dan ke-5.

Masyarakat tidak mampu, harus rela mengantre untuk mendapatkan swab PCR gratis di puskesmas dan menunggu hasil begitu lama. Sementara, di tempat berbayar, hasil test bisa didapat kurang dari 24 jam dengan tarif bervariasi, mulai dari Rp450 ribu hingga Rp1,3 juta.

Kondisi ini tentu menggelikan, mengingat pasien terinfeksi atau mempunyai gejala corona justru harus cepat diisolasi dan dibantu kebutuhan hidupnya selama masa isolasi.

“Di sinilah permainan istilah ‘silver, gold dan platinum’ berjalan. Semakin besar biaya yang dikeluarkan, semakin cepat dapat hasil tes-nya,” ungkap M Harizal, Wakil Ketua Bidang Propaganda DPD Repdem Sumatera Utara, kepada BENTENG TIMES, Jumat (6/8/21).

Dari situasi itu, kata praktisi hukum yang akrab disapa Rizal itu, ‘mafia kesehatan’ meraup untung besar di tengah penderitaan rakyat.

BacaMangatas Silalahi: Beri Bantuan Uang Tunai Agar Orang Benar-benar di Rumah

BacaPengidap Penyakit Paru di Siantar Dimakamkan Standar Covid-19, Keluarga Tak Terima

Untuk ‘silver’, masih kata Rizal, syukur-syukur hasilnya (hasil tes swab PCR, red) keluar tidak lewat dari 10 hari.

“Kalau ternyata positif dan keburu meninggal karena fasilitas kesehatan pemerintah (alat PCR) terbatas, ya sudah. Jadi, bisnis pemakaman,” kata Rizal.

Bersambung ke halaman 2..

Share this: