Faigiasa Bawamenewi-Yalisokhi Laoli Siap Pimpin Nias

Share this:
ADI LAOLI-BMG
Faigiasa Bawamenewi dan Yalisokhi Laoli, digadang-gadang jadi Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Nias periode 2020-2024.

NIAS, BENTENGTIMES.com– Pemilihan kepala daerah serentak bakal berlangsung tahun 2020 mendatang. Kabupaten Nias termasuk di dalamnya. Kini, sejumlah figur yang akan berkompetisi pada pesta demokrasi itu sudah mulai bermunculan. Salah satunya Faigiasa Bawamenewi dan Yalisokhi Laoli. Keduanya mengaku siap bertarung menjadi bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Nias.

Diwawancarai BENTENG TIMES di Gunungsitoli, Sabtu (15/6/2019), Faigiasa mengatakan, akan mempertimbangkan secara matang, meminta pendapat beberapa tokoh masyarakat Kabupaten Nias, namun dengan syarat tidak pakai sogokan atau money politics.

“Kita kaji dulu, lihat hasil survei apakah masyarakat sungguh-sungguh mendukung. Yang jelas masyarakat jangan berharap, saya akan membagi-bagikan uang untuk beli suara. Kalau pakai duit, tentu integritas saya akan luntur,” kata Faigiasa, pria yang berprofesi sebagai pengacara itu.

Faigiasa, mengungkapkan alasannya maju sebagai calon Bupati Nias pada pilkada mendatang, karena ingin meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Nias yang masih tergolong miskin. Kemudian penegakan hukum dan kebenaran serta ingin memperjuangkan hak-hak masyarakat yang sesungguhnya.

“Niat saya dari dulu ingin membangun Kabupaten Nias. Dan, inilah cara saya membantu masyarakat kecil. Kalau saya bantu melalui dana pribadi, tentu saya tidak mampu. Saya punya keterbatasan. Makanya, kalau saya dipercaya rakyat dalam memperjuangkan hak-hak dan kepentingan masyarakat banyak. Nyawa pun saya berikan,” pungkasnya.

BacaKasus Dugaan Ijazah Palsu Ketua DPRD Gunungsitoli Di-SP3, Warga Demo di Polres Nias

BacaWalikota Gunungsitoli Diduga Terlibat Proyek Fiktif di Nias, Negara Rugi Rp2,1 Miliar

Ditanya pendapatnya terhadap sosok pendamping, Yalisokhi Laoli, Faigiasa mengatakan tidak tertutup kemungkinan, yang penting mereka dipilih masyarakat bukan karena uang. Menurutnya, membeli suara rakyat itu sudah termasuk korupsi. Dia pun membeberkan di beberapa daerah yang tadinya kepala daerahnya hanya ingin mencari jabatan dengan mengadanlkan uang, sehingga pembangunan tak tampak, dah bahkan beberapa diantaranya berurusan dengan hukum karena korupsi.

“Kalau Tuhan mengizinkan tentu tidak ada yang mustahil, sepanjang rakyat betul-betul mau memilih kami. Saya sudah sampaikan sama pak Yalisokhi, kalau karena uang kita dipilih, lebih baik gak usah jadi bupati. Kalau menyogok, saya tidak mau. Duit memang kita butuh untuk operasionl dan sosialisasi, tapi kan tidak begitu besar,” ujarnya.

Share this: