Elektabilitas Djarot-Sihar Naik Terus, PDIP Yakin Menang

Share this:
Djarot Saiful Hidayat dan Sihar PH Sitorus

MEDAN, BENTENGTIMES.com – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) makin percaya diri, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (DJOSS) akan memenangkan pertarungan di Pilkada Sumut 2018.

Hal itu didasarkan pada sejumlah survei yang menunjukkan elektabilitas Djarot-Sihar terus mengungguli pasangan calon rivalnya, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ERAMAS).

“Hari ini kami menggelar konsolidasi untuk menyatukan tekad menyongsong pilkada serentak dengan memperkuat dan mempertajam persiapan karena trennya semakin positif,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada wartawan di Medan, Jumat (20/4/2018).

Hasto menjelaskan, naiknya elektabilitas Djarot-Sihar disebabkan masyarakat yang rindu dengan kepemimpinan tegas, transparan dan bebas korupsi. Hal itu dinilai ada pada sosok paslon yang diusung PDI Perjuangan itu. Selain itu, masyarakat Sumatera Utara sangat merindukan pemimpin yang memiliki komitmen untuk melayani rakyat.

“Kami lihat masyarakat Sumut terbuka dan merindukan pemimpin yang melayani rakyat,” ucap Hasto.

Sementara itu, pada survei terakhir yang baru diumumkan lembaga riset Politika Research Center (PRC), elektabilitas DJOSS berada di angka 38,4 persen. Selisihnya, 13 persen dengan ERAMAS.

Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Dadang Darmawan menjelaskan, tren positif elektabilitas DJOSS tak terlepas dari strategi politik yang dilakukan menjelang Pilkada Sumut.

Dadang menilai, sebelumnya ERAMAS memang menunjukkan strategi mempertahankan kemenangan karena sejak digadang-gadang akan menjadi Cagub, elektabilitas Edy Rahmayadi memang tinggi. Apalagi Edy pernah menjabat sebagai Pangkostrad dan Pangdam I Bukit Barisan.

“Elektabilitas yang tinggi sejak awal tidak kelihatan lagi sekarang karena Djarot berhasil mengidentifikasi kelemahan yang ada pada mereka. Dan adanya faktor eksternal yang turut mempengaruhi suara Djarot,” kata Dadang.

Selain itu, faktor naiknya elektabilitas DJOSS juga diduga karena mundurnya pasangan JR Saragih-Ance Selian. Sementara ERAMAS lebih sibuk mendekati tokoh-tokoh termasuk tokoh agama.

“Jadi mereka kehilangan variabel-variabel pengaruh yang lain. Jadi hanya satu variabel saja yang dominan. Dan itu seolah-olah kalau menurut yang kita lihat, terjebak pada opini yang dikembangkan di tengah-tengah masyarakat bahwa satu-satunya cara agar ERAMAS bisa menang adalah dengan isu agama,” kata dia.

Namun DJOSS dinilai belum bisa berpuas diri karena masih banyak faktor lainnya yang bisa memberikan pengaruh pada hari pencoblosan. Sementara paslon ERAMAS harus segera mengevaluasi strategi.

“Variabel nonpolitik yang akan berpengaruh misalnya urusan saksi dan lainnya, itu akan cukup mempengaruhi.”

Share this: