Bawaslu Sumut Stop Usut Ijazah Sihar Sitorus

Share this:
medansatu
Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara Sihar Sitorus menyalami guru saat berkunjung ke sekolahnya di SMA Pangudi Luhur, Jakarta.

MEDAN, BENTENGTIMES.com – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumatera Utara (Sumut) menghentikan proses penanganan laporan dugaan pelanggaran menyangkut Surat Keterangan Pengganti Ijazah (SKPI) Calon Wakil Gubernur nomor urut dua Sihar Sitorus.

Bawaslu Sumut menghentikan perkara ini karena menyimpulkan tidak menemukan unsur-unsur pelanggaran pemilu dalam laporan yang disampaikan oleh Hamdan Noor Manik.

Ketua Bawaslu Sumut Syafrida Rasahan mengaku telah berupaya memanggil sejumlah saksi yang diajukan pelapor dalam laporannya.

Syafrida mengatakan ada beberapa saksi yang diajukan pelapor termasuk Sekretaris KPU Sumut, Abdul Rajab Pasaribu dan Kepala Bagian Hukum KPU Sumut Maruli Pasaribu.

“Tapi saksi yang diajukan tidak bersedia, karena mereka tidak tahu mengapa dijadikan saksi,” kata Syafrida, Senin (26/2/2018).

Selain memanggil saksi, Syafrida mengatakan telah pula memanggil Sihar Sitorus pada Jumat (23/2/2018) lalu.

“Tapi kemudian enggak datang, mungkin sedang di luar kota,” katanya.

Sebelumnya, Hamdan yang merupakan kakak kandung mendiang mantan Ketua KPU RI Husni Kamil Manik, melaporkan Sihar ke Bawaslu karena menyalahi prosedur dengan menerima SKPI yang terindikasi tidak sesuai ketentuan sehingga harusnya tidak memenuhi syarat.

Sebabnya, dalam SKPI itu tidak ada mencantumkan nilai serta tidak ditemukan adanya sidik jari. Padahal menurut Hamdan, dua hal itu harus dalam SKPI sesuai ketentuan Permendikbud nomor 29 tahun 2014 tentang pengesahan fotocopy ijazah/STTB/ surat keterangan pengganti ijaazah/STTB dan penerbitan surat keterangan pengganti ijazah jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dalam format A1 sesuai ketentuan, kata Hamdan, surat pengganti ijazah/STTB harus juga memuat cap tiga jari tengah tangan kiri di sisi foto. Surat pengganti ijazah itu juga harus diketahui Kepala Dinas Pendidikan setempat. SKPI tersebut juga tidak mencantumkan nilai.

Sementara itu, Syafrida menerangkan berdasarkan kajian pihaknya ada dua format SKPI yang diatur, yakni tidak mencantumkan nilai atau dengan mencantumkan.

“Menurut KPU Apa yang disampaikan Sihar adalah dokumen valid berdasarkan substansi itu sudah (memenuhi syarat), dan kita mengamini itu. Kita menyimpulkan akhirnya tidak ditemukan pelanggaran,” jelasnya.

Dalam Pilkada Sumut 2018, Sihar berpasangan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. Keduanya mendapatkan nomor urut dua.

Share this: