Prancis vs Argentina: Laga Klasik Dua Mantan Juara

Share this:
Prancis vs Argentina

“Pada Euro 2016, saya juga kesulitan selama fase grup tetapi saya bisa memuncak pada fase knockout,” kata Griezmann menegaskan ancamannya untuk mencetak gol saat melawan Argentina nanti.

Argentina sendiri melempem saat melawan Islandia dan makin rusak ketika menghadapi Kroasia karena mungkin oleh satu faktor saja, yakni Lionel Messi. Kaka itu ia bermain tidak seinspiratif, tidak seantusias, dan tidak selevel dengan sewaktu dia bermain bersama Barcelona.

Argentina kemudian bangkit manakala melawan Nigeria pada pertandingan terakhir Grup D, tapi lagi-lagi karena inspirasi Lionel Messi.

Seperti lawannya Prancis, Argentina juga bertabur superstar. Tapi tidak seperti Barcelona, para superstar ini terlihat bermain tidak padu dan tidak sehati, kecuali saat menghadapi Nigeria. Dan sekali lagi, yang membuat Argentina berubah relatif bagus kembali untuk kemudian siap menerkam lagi lawan adalah Lionel Messi juga.

Oleh karena itu, meskipun Prancis agak malu-malu mengatakan bahwa Argentina itu Messi, hampir sebagian besar perhatian Les Bleus, bahkan mungkin energinya, dicurahkan kepada cara mendinginkan untuk kemudian merontokkan mesin utama Argentina itu.

Salah seorang pesepakbola yang mengantarkan Prancis menjuarai Piala Dunia 1998, Marcel Desailly, mengungkap kelebihan dan kekurangan Messi kepada harian Inggris The Guardian berikut, “Kita tahu Messi itu hebat tapi kita bingung dan sedih untuk dia. Dia jelas produk murni Barcelona, tetapi bersama Argentina sekarang, Messi itu kacau balau.”

Messi memang disebut-sebut tak bisa bermain pada level seperti dia bermain bersama Barcelona. Dia terlihat menuntut rekan-rekannya di Argentina memberikan dukungan yang selevel dan sekualitas dukungan rekan-rekannya di Barcelona sehingga dia bisa bermain secemerlang yang dia inginkan.

Seperti apapun tampilan Messi di babak sebelumnya, lawan pasti waspada. Hal sama berlaku pada Prancis. “Tak ada orang di planet ini yang bisa menghentikan Messi. Jawabannya harus kolektif,” kata bek Prancis Presnel Kimpembe.

Adapun mantan bek Timnas Prancis Bixente Lizarazu, mengatakan, “Tak masuk akal menerapkan (strategi) man-to-man marking terhadap Messi. Dia terlalu kuat dalam satu lawan satu. Prancis harus memutus tautan antara Messi dengan barisan depan lainnya (Argentina). Karena Messi bukan hanya striker, tetapi juga playmaker.”

Didier Deschamps kemungkinan akan menghimpun gelandang di tengah dalam formasi 4-2-3-1 dengan tujuan menutup semua sektor ini yang faktanya Argentina memang sering kedodoran di bagian ini, demi memotong suplai bola kepada Messi. Intinya, Prancis akan berusaha mengendalikan tempo permainan, seperti saat Kroasia mengganyang Argentina 3-0 pada fase grup.

Prancis akan mencoba memasang formasi seperti Kroasia memerangkap Argentina dengan menumpuk gelandang petarung seperti Paul Pogba dan N’Golo Kante guna mendikte lapangan tengah baik dalam rangka mengaransemen serangan maupun dalam upaya melapis pertahanan sebelum dianeksasi Argentina. Dengan cara seperti itu, para gelandang Prancis akan terus-terusan meneror gelandang dan bek Argentina yang akhirnya membuat Messi miskin berkreasi di lapangan sehingga tak bisa menopang permainan.

Taktik seperti itu efektif diterapkan Kroasia ketika area pertahanan Argentina dipaksa dipenuhi para pemainnya sendiri sehingga mereka lamban saat naik karena tidak bisa melewati gelandang-gelandang tengah Kroasia, khususnya duo Ivan Rakitic-Luka Modric yang di Prancis persis diperankan duo Paul Pogba-N’Golo Kante.

Susunan Pemain

Prancis (4-2-3-1): Hugo Lloris; Benjamin Pavard, Raphael Varane, Samuel Umtiti, Lucas Hernandez; Paul Pogba, N’Golo Kante; Kylian Mbappe, Antoine Griezmann, Ousmane Dembele; Olivier Giroud.

Argentina (4-3-3): Franco Armani; Gabriel Mercado, Nicolas Otamendi, Marcos Rojo, Nicolas Tagliafico; Ever Banega, Javier Mascherano, Enzo Perez; Angel Di Maria, Lionel Messi, Gonzalo Higuain.

Share this: