Kisah Bayi 7 Bulan, Generasi Satu-satunya yang Tertinggal Setelah Tragedi Danau Toba

Share this:
BMG
Doa bersama di Tigaras yang dihadiri unsur pemerintah, tokoh agama dan keluarga korban KM Sinar Bangun.

Pasangan suami istri yang merupakan warga Huta (Kampung) Manik Huluan, Nagori (Desa) Sait Buttu Saribu, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun itu sangat syok.

Mereka awalnya tidak mampu menerima kenyataan pahit yang menyedihkan itu, bahkan mempertanyakan ketetapan yang telah terjadi pada anaknya dan diri mereka kepada Allah. Garis keturunan mereka nyaris habis. “Hanya tinggal si Alif ini,” sebutnya.

Mereka juga mengaku sering menitikkan air mata saat memandang cucunya yang sedang tidur pulas, terharu dengan ketidakrewelannya dan nasibnya kelak.

Saleh mengaku masih merasakan adanya beban berat bila Alif nantinya menanyakan keberadaan orang tuanya dan reaksi dari cucu semata wayangnya itu. Sekarang ini, Alif menjadi penghibur duka. Entah bagaimana perasaannya kelak ketika sudah besar.

Syukur, dalam kesedihan itu, sanak keluarga dan tetangga memberikan semangat dan penghiburan, mengingatkan akan kuasa Allah yang telah menjalankan takdir atas diri hamba-Nya.

Harapan baru juga datang, saat Bupati Simalungun JR Saragih berkunjung ke rumah dan berjanji memberikan bantuan biaya untuk Alif sebesar Rp1 juta setiap bulan dari anggaran pemerintah.

“Alif menjadi anak Pemkab Simalungun dan biaya tetap berjalan selama saya menjabat sebagai bupati,” kata JR Saragih.

Untuk memberikan semangat baru bagi pasangan Saleh dan Muntia, Bupati menyerahkan uang Rp50 juta untuk pembuatan balai pertemuan desa mengabadikan nama Alif.

Share this: