Dari Pasar Horas, Pedagang Menggotong Keranda Menuju Balai Kota

Share this:
BMG
Dengan membawa keranda mayat, massa berdialog dengan Sekda Kota Siantar Budi Utari di Balai Kota, Jumat (11/5/2018).

SIANTAR, BENTENGTIMES.com – Pedagang Pasar Horas Pematangsiantar terus memperjuangkan aspirasi mereka dengan menggelar unjuk rasa.

Bahkan, pada Jumat (11/5/2018) siang, mereka berunjukrasa dengan menggotong keranda mayat, berjalan dari Pasar Horas menuju Balai Kota. Di keranda itu, pedagang menempelkan foto-foto Walikota Siantar Hefriansyah. Selain itu, ada pula sejumlah spanduk bertuliskan “Wali Kota bacul”, “Wali Kota bencong” dan “Wali Kota menindas rakyat kecil”.

Pengamanan ketat pun masih dilakukan personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Polres Siantar untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

(BACA: Bentrok Dengan Polisi, Pedagang Pasar Horas Segera Tempuh Jalur Hukum)

Beberapa saat usai menyampaikan aspirasinya, massa ditemui Budi Utari. Mereka kemudian berdialog terkait persoalan revitalisasi itu. Koordinator Aksi, Fawer Sihite menuturkan, pihaknya masih tetap mempertahankan tuntutan mereka, yakni menolak revitalisasi. Mereka meminta agat revitalisasi dibatalkan.

“Batalkan…batalkan…batalkan,” teriak massa aksi berulang kali.

Sementara, Sekretaris Daerah Kota Siantar Budi Utari Siregar menegaskan, pembangunan atau revitalisasi Pasar Horas tidak akan dilakukan jika pedagang balairung, kaki lima dan pedagang tempel tidak menyetujuinya.

(BACA: Demo Pedagang Pasar Horas Ricuh, Gerbang Rubuh, 1 Ditangkap, 1 Cedera)

“Pembangunan tidak akan dilakukan kalau masih ada pihak yang belum setuju. Saya harap, kita bisa meninggalkan tempat ini dan menjalankan aktivitas seperti biasa,” katanya.

Sayangnya, pernyataan Budi Utari itu pun tak menyenangkan massa. Perdebatan sempat terjadi. Massa meminta Budi Utari langsung menyatakan pembatalan. Namun Budi Utari masih tetap dengan pernyataannya.

Dan, sebelum Budi Utari pergi, massa memintanya untuk membuat surat terkait pernyataannya itu, lengkap dengan tanda tangan.

“Kami tidak akan pergi sebelum menerima surat itu. Kami tunggu di sini,” ujar Fawer.

Budi Utari kemudian meminta agar pengunjuk rasa meninggalkan Balai Kota dan surat pernyataan itu akan diserahkan kepada perwakilan massa. Lagi-lagi, para pengunjukrasa menolaknya. “Kami akan tunggu di sini,” jelas Fawer lagi.

Mendengar itu, Budi Utari hanya mengangguk sembari berlalu.

Share this: