Ke Onan Sibabangun, Djarot dengar Aspirasi dan Belanja Ikan Asin, Jumbo Rebus dan Balato

Share this:
ARIS-BENTENGTIMES.com
Djarot Syaiful Hidayat saat berbelanja ikan asin belah di Onan Sibabangun, Tapteng, Rabu (28/3/2018) malam.

TAPTENG, BENTENGTIMES.com – Di sela-sela kunjungannya ke Tapanuli Tengah (Tapteng), Djarot Saiful Hidayat singgah ke Onan Sibabangun, Rabu (28/3/2018) siang.

Kehadiran calon Gubernur Sumatera Utara Nomor urut 2 ini menyedot perhatian warga. Begitu tiba, suasana pasar langsung heboh. Mereka berebut bersalaman, berswafoto. Sebagian lagi pedagang memanfaatkan momen ketemu Djarot Saiful Hidayat untuk menyampaikan aspirasinya. Mulai penataan pasar, kebersihan dan lapak jualan yang layak.

Djarot sendiri dengan sabar melayani permintaan warga. Kemudian saat berbincang dengan pedagang ikan, Djarot penasaran dengan ikan asin.

“Sepertinya enak… Ini berapa harganya,” tanya Djarot menunjuk ikan asin belah ke pedagang. “50 ribu, Pak,” jawab pedagang.

Lalu, Djarot meminta pedagang itu membungkus ikan asin belah, jumbo rebus dan ikan balato aceh, masing-masing setengah kilogram.

“Berapa semuanya, bu?” tanya Djarot. Dan, dijawab ibu pedagang: “Rp75 ribu”.

Kemudian Djarot merogoh koceknya dan menyerahkan 2 lembar uang pecahan Rp50 ribu.

Selesai berbelanja, Djarot sempat geleng-geleng kepala setelah melihat kondisi Pasar Sibabangun.

Djarot Saiful Hidayat saat berkunjung ke Onan Sibabangun, Tapteng, Rabu (28/3/2018) malam.

“Ini konsep pasarnya seperti apa ya…,” pungkas Calon Gubernur Sumaatera Utara yang berpasangan dengan Calon Wakil Gubernur Sihar Sitorus ini.

Saat mengunjungi pasar itu, Djarot menerima dua poin pengaduan berbeda dari pedagang sayuran.
Pertama, ia menerima keluhan pedagang sayuran yang menjajakan dagangan di lapak tanah milik warga. Posisinya di tepi jalan persis di depan pintu masuk Onan Sibabangun.

“Tolonglah kami, Pak. Kami bayar di sini, masa kami mau digusur? Kami juga punya tanggungan anak sekolah,” ujar Nurmaya br Hombing, pedagang sayuran asal Batangtoru, Tapsel.

Ia menyebutkan membayar sewa tanah sebesar Rp2 juta per tahun kepada pemilik tanah agar bisa berjualan di lokasi itu. Di lahan kurang lebih 10 meter kali 20 meter itu, Nurmaya Br Hombing tidak sendiri. Ia dan pedagang lainnya harus membayar sewa agar bisa menggelar dagangan di lokasi itu.

Kemudian, pengaduan kedua disampaikan pedagang sayuran yang menjajakan dagangannya di bagian dalam, di lapak bagian dalam yang telah disiapkan pemerintah setempat. Mereka adalah Rosmida Hasibuan, Juwita Sinaga dan pedagang sayuran lainnya.

Kepada Djarot, mereka mengeluhkan para pedagang sayuran yang menjajakan dagangannya di tepi jalan.

“Kalau mereka jualan di depan, manalah laku jualan kami ini, Pak. Tunggu habislah jualan mereka di depan baru orang membeli ke tempat kami ini. Ini aja kami belum ada buka dasar, Pak,” keluh Juwita br Sinaga, pedagang sayuran asal Garoga.
Juwita mengungkapkan, jika omzet penjualan mereka sangat rendah. Bahkan seringkali barang dagangan mereka tidak laku terjual.

“Kalau begini, kami bisa terjerat utang. Apa yang mau saya bawa ke rumah? Saya ada anak masih kuliah, ada yang masih SMA dan SMP. Sementara suami sakit-sakitan,” keluh Juwita ke Djarot sambil terisak.

Menanggapi keluhan para pedagang sayuran ini, Djarot mengatakan akan menyampaikannya ke Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng), supaya dilakukan penataan pasar.

Share this: