Prabowo, Sosok Muda Yang Buat Kagum Djarot

Share this:
ARIS-BENTENGTIMES.com
H Djarot Syaiful Hidayat bersama Prabowo (kiri), Kepala Desa Sonomartani, Kecamatan Kualuh Hulu, Labura, Jumat (9/3/2018).

LABURA,BENTENGTIMES.com – Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam dari Aek Kanopan, H Djarot Syaiful Hidayat tiba di Desa Sonomartani, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Jumat (9/3/2018) siang. Desa Sonomartani merupakan salahsatu desa pelosok di Labura.

Dari Aek Kanopan, ibukota Kabupaten Labura ke Sonomartini, kurang lebih 34 km. Dan, sepanjang jalan lantai tanah. Hanya ada beberapa titik jalan beraspal. Itu pun kondisinya parah.

Perjalanan melelahkan? Tentu. Sesampai di desa transmigran itu, Djarot bertemu sosok muda dan mengajaknya melihat-lihat kondisi balai desa yang sedang direhab. Keduanya kemudian berbincang akrab.

Sepintas lalu tidak ada yang istimewa dengan balai desa itu. Kesan biasa kemudian berubah saat melihat di sudut halaman balai desa ada beragam jenis tanaman hortikultura, seperti cabai, tomat dan sayur-sayuran.

Melihat tanaman itu, Djarot terkesan. Apalagi ketika dilihat di sepanjang jalan mulai dari Aek Kanopan sampai ke Desa Sonomartani sama sekali tidak ada ditemukan tanaman hortikultura, melainkan tanaman kelapa sawit dan karet.

Karena penasaran, Djarot kemudian bertanya ke sosok muda berusia 34 tahun itu. Bagaimana dia melakukannya dan dari mana dia mendapatkan ilmu budidaya tanaman hortikultura sementara di perkampungan dengan luas kurang lebih 10.600 hektare (ha) itu semuanya rawa.

Pria muda belakangan diketahui bernama Prabowo itu mengungkapkan, bahwa ilmu pertanian termasuk budidaya tanaman hortikultura di tanah gambut ia peroleh dari bangku perkuliahan.

“Saya dulu kuliah mengambil jurusan pertanian di Universitas Muhammadiyah Jogja,” ujar pria pemilik gelar Sarjana Pertanian (SP) itu merendah.

Setelah lulus kuliah, Prabowo kemudian pulang membangun kampung halamannya.

“Salahsatunya ya ini pak, budidaya tanaman sayuran supaya tidak bergantung dari kelapa sawit,” ujar Prabowo, yang menjabat Kepala Desa Sonomartani periode ke dua ini.

Mendengar kisah singkat Prabowo, mantan Walikota Blitar 2 periode ini kagum.

“Ini nih yang saya suka. Ini cocok dibuat profilnya sebagai motivasi bagi yang muda. Sekolah tinggi, pulang membangun kampung halaman,” puji Djarot.

Prabowo kemudian menjelaskan ringkas singkat tentang sejarah Desa Sonomartani. Dia mengungkapkan bahwa Desa Sonomartani merupakan desa transmigran pada tahun 1975.

Dulunya kawasan tersebut merupakan hutan liar dan rawa-rawa. Kemudian masyarakat transmigran mengolahnya menjadi lahan pertanian. Tapi, dari sekitar 700 kepala keluarga (KK) yang bermukim di kawasan itu hanya separuhnya yang dapat bertahan. Selebihnya memilih merantau dan sebagian ada yang kembali ke kampung asal pulau Jawa.

Kendala masyarakat saat ini adalah kesulitan mendapatkan air bersih. Prabowo mengungkapkan untuk mendapatkan kualitas air bersih harus membuat sumur bor, dengan kedalaman minimal 120 meter.

Itu pun airnya hanya layak buat mandi, cuci dan kakus. Sebagian warga malah membeli air mineral untuk kebutuhan air masak.

Setelah menyerap aspirasi langsung dari masyarakat, Djarot menegaskan akan memprioritaskan pembangunan Sumatera Utara dari pinggiran.

Termasuk dalam pengalokasian dana desa supaya berdasarkan skala prioritas. Termasuk mengenai besaran dana yang dialokasikan harus sesuai dengan kondisi desa tersebut.

Seperti Desa Sonomartani, menurutnya kondisinya berat, kawasan penuh rawa, air tidak bagus sehingga layak mendapatkan porsi apokasi dana desa lebih besar.

Kemudian terhadap sosok Prabowo, Djarot kembali menyampaikan pujiannya.

“Ini bagus. Jauh-jauh kuliah ke Jogja, setelah tamat kembali membangun kampung halaman. Kita ingin yang muda-muda seperti itu,” tandasnya.

Share this: