Martua Sitorus Mundur dari Wilmar, 2 Alasan Ini Penyebabnya

Share this:
Martua Sitorus

JAKARTA, BENTENGTIMES.com – Martua Sitorus mengundurkan diri dari Wilmar. Namun, kemunduran Martua bukan karena tuduhan deforestasi yang dialamatkan Greenpeace.

Sahat Sinaga, pengamat industri sawit menceritakan bahwa Martua pernah ditawarkan lahan sekitar 12 ribu hektare di Kalimantan Utara pada 2003. Walaupun, lahan tersebut sudah lengkap perizinan pelepasan kawasan hutan maupun Izin Pemanfaatan Kayu (IPK). Tetapi, Martua menolak tawaran tadi.

“Martua tidak mau kala itu. Alasan dia itu perkara besar dan masuk deforestasi. Makanya, jika ada tudingan Martua mundur karena persoalan deforestasi, bukan itu masalahnya,” kata Sahat, Kamis (5/7/2018).

Sahat menjelaskan, ada dua alasan mundurnya Martua Sitorus. Pertama, dia akan berkonsentrasi mengurus bisnis barunya, yaitu Gama Corporation. Gama Corporation mempunyai lini bisnis dari perkebunan sawit, semen dan gedung pencakar langit di Indonesia.

Pertimbangan kedua, berkaitan regenerasi. Menurut Sahat, regenerasi di tubuh Wilmar telah berjalan bagus. Itu sebabnya Martua memilih mundur untuk memberikan kesempatan kepada yang lebih muda.

“Martua ingin ada regenerasi. Selain itu, dia ingin mengembangkan bisnisnya di GAMA,” jelas Sahat yang kenal dekat Martua Sitorus semenjak tahun 2000-an.

Diketahui, Wilmar International dirintis Martua Sitorus dan Kuok Khoon Hong pada 1991. Kuok Khoon Hong adalah keponakan Robert Kuok, taipan Malaysia di bidang komoditi dan properti.

Semenjak 2006 hingga 2013, Martua Sitorus menempati posisi Executive Director/Chief Operating Officer pasca go public di Bursa Singapura. Jabatannya di Wilmar bergeser menjadi Executive Deputy Chairman dari 2013-2017. Menjelang mundur dari Wilmar, Martua menempati posisi non-independent non-executive director.

Sebelumnya dalam artikel berjudul Wilmar co-founder Martua Sitorus resigns amid deforestation scandal di Harian The Edge. Diterangkan bahwa Martua Sitorus telah mengajukan pengunduran dirinya seminggu setelah pengungkapan Greenpeace International tentang hubungannya dengan Gama Plantation.

“Saya tidak yakin dengan isi artikel. Seperti yang saya jelaskan di awal, ada lahan dengan izin lengkap, Martua enggan membelinya karena tidak ingin deforestasi,” pungkas Sahat.

Share this: