Wakapolda Kalbar Dijabat Perempuan jadi Trending: Ini 6 Polwan Berpangkat Jenderal

Share this:
Wakapolda Kalbar Brigjen Sri Handayani

KALBAR, BENTENGTIMES.com – Jabatan strategis dan bergengsi di Polri selama ini identik dipegang kaum pria. Namun semua itu bisa saja berubah dalam beberapa tahun ke depan, tergantung bagaimana kebijakan dari Polri.

Apalagi, sejumlah Polisi Wanita (Polwan) juga sudah menyandang status jenderal. Meski belum banyak, namun di antara mereka sudah ada yang berpagkat Brigadir Jenderal (Bintang 1).

Bahkan da yang bintang dua. Berikut nama-namanya:

1. Brigjen Nur Afiah
Brigjen Nur Afiah merupakan alumni SEPA (SIPSS) tahun 1984. Berbagai jabatan strategis pernah diembannya. Antara lain Karo Pers Polda Banten, Kabagkuhanjardikbangspes Rokurlum Lemdikpol. Ia juga pernah menjabat Wakapolda Sumatera Barat.

Brigjen Pol Dra Hj Nur Afiah M H lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 22 Mei 1960. Ia adalah seorang perwira tinggi Polri yang pada 13 Mei 2015 mengemban amanat sebagai Wakapolda Sumbar.

Nur Afiah, lulusan Sepa 1984 berpengalaman dalam bidang SDM. Jabatan sebelumnya adalah Kabagkuhanjardikbangspes Rokurlum Lemdikpol. Kariernya dimulai sebagai Paur Pullahta Sepolwan pada 4 Oktober 1984. Ia juga pernah menjadi Karo Pers Polda Banten pada 14 Februari 2010.

2. Brigjen Ida Oetari
Ida Oetari saat itu, sudah tiga tahun bertugas di Badan Narkotika Nasional (BNN). Ternyata ia bukan lulusan Akademi Ilmu Kepolisian (Akpol). Ida tak segan membocorkan kiat-kiatnya sehingga bisa mendapat posisi bintang satu di pundaknya.

“Saya bukan dari Akpol, tapi dari Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) angkatan 87. Intinya kalau mau berkarier bagus ya harus bekerja yang terbaik, iklas dan jangan lupa berdoa. Karena pangkat itu titipan dan amanah,” terang Ida Utari seperti diberitakan Banjarmasinpot.com.

Ditanya soal bagaimana nantinya apabila pimpinan Polri menarik dirinya untuk bertugas kembali di Institusi Polri? Misalnya penempatan sebagai Kapolda? Merespon itu, Ida Utari menjawab dirinya siap ditempatkan di mana saja.

“Di manapun nantinya ditempatkan, saya siap. Kami Polwan harus punya warna dan berarti bagi masyarakat. Itu yang terpenting,” tegas Ida Utari.

Selanjutnya Ida Utari juga mengimbau seluruh Polwan di Indonesia agar tekun melakukan tanggung jawab dan tugasnya.

“Rekan-rekan Polwan, bekerjalah dengan tekun. Jangan lupa sekolah, tempuh sekolah dengan baik. Diiringi dengan doa dan kerja iklas,” imbuhnya.

3. Brigjen Juansih
Brigjen Pol Dr Dra Juansih SH MHum lahir di Majalengka, Jawa Barat, 2 Agustus 1964. Ia adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 3 Februari 2017 mengemban amanat sebagai Direktur Pemberdayaan Alternatif Badan Narkotika Nasional (BNN).

Juansih berpengalaman dan dibesarkan dalam bidang Reserse. Ia pernah menjadi Kapolres Surabaya Timur (2005), Kapolres Batu (2007), Wakapolwil Bojonegoro (2008), dan Karo Pers Polda Banten (2009).

Juga menjadi Karo Log Polda Jatim (2010), Karosarpras Polda Jatim (2011), Kabagrenmin Ssarpras Polri (2013), dan Kabidjemen Sespim Lemdikpol Polri (2015). Saat ini ia menjabat Direktur Pemberdayaan Alternatif BNN sejak 2017.

4. Brigjen Sri Handayani
Sri Handayani mendapat penghargaan (award) kenaikan pangkat dari Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, pada Selasa (25/10/2016). Kenaikan pangkat itu diberikan Kapolri di Rupatama Mabes Polri.

Sri Handayani pun tidak menampik dirinya diperebutkan untuk bertugas di institusi Polri serta di luar institusi Polri. Sebut saja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam negeri (STPDN).

“Sebenarnya di manapun saya ditempatkan, itu kewenangan Pak Kapolri. Tentunya beliau punya kriteria sendiri mengapa saya ditempatkan sebagai Kasetukpa,” ucap Sri Handayani mengutip Banjarmasinpost.com.

Sri Handayani melanjutkan selama berkarier dan mengabdi sebagai anggota Polri, ia sudah ditempatkan di sejumlah posisi. Ia pernah bertugas di STPDN, Lemdikpol, hingga Sekolah Polwan.

Menurut Sri di manapun dia bertugas, dia selalu berupaya semaksimal mungkin mengemban amanat dengan baik.

5. Irjen (Purn) Basaria Panjaitan
Irjen Pol (Purn) Basaria Panjaitan SH MH lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 20 Desember 1957. Ia adalah perempuan pertama yang terpilih menjadi komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia.

Ia terpilih dalam pemilihan yang dilakukan secara terbuka oleh Anggota Komisi III DPR RI pada Desember 2015.

Basaria Panjaitan tercatat sebagai perempuan pertama yang berpangkat Inspektur Jenderal (Bintang dua) di dalam sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Ia menyandang Irjen melalui kenaikan pangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 81/ Polri RI/ Tahun 2015 dan Surat Telegram Kapolri Nomor: STR/843/X/2015 tertanggal 20 Oktober 2015.

Jabatannya dimulai pada 1984 sebagai Paur Subdisbuk Disku Mabes Polri, kemudian Panit Sat Idik Baya Ditserse Mabes Polri (1990), Kasat Narkoba Polda NTB (1997), dan Kabag Narkoba Polda Jabar (2000).

Ia juga menjadi Dir Reskrim Polda Kepri (2007), Penyidik Utama Dit V/Tipiter Bareskrim Polri (2008), dan Kapusprovos Divpropam Polri (2009). Kemudian sebagai Karobekum Sdelog Polri, Widyaiswara Madya Sespim Polri (2010), Sahlisospol Kapolri (2015), dan Wakil Ketua KPK(2015-2019).

6. Brigjen (Purn) Jeane Mandagi
Brigjen (Purn) Jeane Mandagi merupakan jenderal pertama perempuan pada masanya. Jeane juga merupakan sosok yang tegas, penuh kharisma serta memiliki kualitas intelektual yang tinggi.

Jean adalah mantan Kepala Dinas Penerangan Polri (sekarang Divisi Humas) Polri. Jeane meninggal dunia pada usia 80 tahun di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (7/4/2017) karena sakit. Ia dimakamkan di Pemakaman Umum Jagakarsa.

Sebelum hari kematiannya Jeane, masih dipercaya sebagai Penasihat ahli Kapolri. Kecintaannya pada dunia kepolisian membuat dia mengabdikan diri serta semua pemikirannya untuk Polri. Jean menepis anggapan polisi hanya untuk laki-laki.

Tekadnya yang kuat kata dia membuat Jeane meraih gelar jenderal wanita pertama saat menjadi Kadispen Polri 1989-1992.

Namun sayang, semangat dan rasa pengabdian yang tinggi tidak bisa menghindar dari sakit dan usianya yang menua.

Share this: