Di Bandara, Yusril Dihadang Residivis yang Mulutnya Bau Tuak

Share this:
Yusril Ihza Mahendra dihadang puluhan massa di pintu masuk Bandara Gusti Syamsir Alam, Kotabaru, Banjarmasin.

Sebelumnya, aksi saling dorong terjadi antara massa dan polisi di gerbang Bandara Gusti Sjamsir Alam Kotabaru. Mereka menolak kedatangan Yusril karena dinilai pro pengusaha tambang. Massa mulai memadati bandara sejak sebelum azan Jumat. Sementara dari informasi di lapangan, kepolisian mengerahkan ratusan personelnya untuk mengamankan bandara.

Usai Sholat Jumat, tampak Dandim 1004 Kotabaru Letkol Inf Rony Fitriyanto dan Kapolres AKBP Suhasto memasuki bandara. Sekitar pukul 13.30, pesawat yang membawa Yusril tiba di bandara.

Massa yang berkerumun meminta setiap kaca mobil yang melintas agar dibuka. Mereka ingin memastikan keberadaan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu. Setengah jam berlalu, Yusril tak juga tampak. Massa terus berteriak. Barulah sekitar pukul 14.00 terlihat Yusril keluar bandara dengan pengawalan ketat polisi.

Aksi saling dorong pun akhirnya tak terhindarkan. Terdengar juga teriakan marah warga yang terkena tameng polisi. Yusril lantas meminta mikrofon dan menawarkan warga untuk dialog terbuka. Namun, warga meneriakkan kata ‘tidak’. “Tidak ada negosiasi! Yusril balik kanan, kami balik kiri!” teriak warga.

Peristiwa tersebut berlangsung sekitar 20 menit, hingga tiba-tiba muncul sosok ulama kondang, Ustad Arifin Ilham.

Di hadapan massa, Ustad Arifin mengatakan, dia datang ke Kalsel untuk mengisi ceramah agama di Masjid Raya Khusnul Khatimah. Berbeda agenda dari Yusril. Kendati begitu, Ustad Arifin meminta warga mengizinkan Yusril masuk ke Pulau Laut dan menyelesaikan urusannya.

Namun, permintaan Ustad Arifin itupun ditolak massa, lantas meminta jalan dan melangkah maju. Kapolres, Dandim, serta polisi membuat benteng ketat. Yusril berjalan di belakang ustad Arifin. Terjadi aksi dorong-dorongan di sana. Namun akhirnya rombongan Yusril dapat masuk ke dalam bus polisi. Mereka kemudian bergerak ke arah kota.

Sementara itu, Dikonfirmasi terpisah, Direktur Utama Politeknik Kotabaru Ibnu Faozi menyampaikan, ide mengadang Yusril di bandara adalah ide spontan. Faozi yang mengadang Yusril menuturkan, aksi massa itu murni aspirasi warga.

Terkait penolakan dialog, Faozi menegaskan percuma berdialog dengan Yusril, yang jelas-jelas sudah berbeda pandangan soal keberadaan tambang. Kendati begitu, dia menjamin warga tidak akan bertindak anarkistis, meski Yusril memaksa masuk Pulau Laut.

“Dorong-dorongan itu bentuk kekecewaan saja. Dari dulu, sejak tahun 2000 kami sudah menolak tambang di Pulau Laut. Yang terjadi di bandara hanya bentuk kekecewaan,” pungkasnya.

Share this: