Alumni Santo Thomas Medan Ini Raih Bintang Kehormatan dari Australia

Share this:
Prof Rose Amal semasa SMA di Santo Thomas Medan.

Setelah merampungkan gelar S1, Amal ditawari beasiswa untuk meraih gelar PhD (Doktor). Meski saat itu juga ditawari pekerjaan di Singapura, Amal lebih memilih melanjutkan pendidikannya.

Kemudian Amal bekerja di badan Australian Nuclear Science Technology Organization (ANSTO) selama sekitar 18 bulan, sebelum akhirnya melamar untuk posisi akademik di fakultas teknik kimia UNSW pada tahun 1992, dan diterima.

Bahkan, Prof Rose Amal juga menjadi insinyur perempuan pertama yang diterima di badan ilmu pengetahuan bergengsi, Australian Academy of Science.

Dalam wawancaranya dengan ABC, Amal mengaku melakukan penelitian di bidang photocatalysis dan nanoteknologi, yaitu melakukan pemurnian dan pembersihan dua unsur yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia: air dan udara.

“Saat saya memulai kerja saya dalam bidang photocatalysis, saya meneliti tentang bagaimana kita bisa menggunakan cahaya matahari untuk menguraikan polutan di air atau bahan organik di udara,” jelasnya.

Dalam proses pembersihan air, Rose sedang meneliti cara untuk menjadikan titanium dioksida memiliki sifat seperti magnet agar bisa dipisahkan dengan mudah dari air dengan menggunakan medan magnet. Namun, menurutnya, proses pemurnian air dengan photocatalysis ini terlalu mahal untuk diterapkan dalam skala besar dan untuk kebutuhan sehari-hari.

Share this: