Menggetarkan! Ciuman Griezmann di Pipi Payet yang Basah oleh Air Mata

Share this:
Momen saat Griezmann memeluk dan mencium Payet, yang menangis, dan harus meninggalkan lapangan akibat cedera.

Catatan: Pala Muara Dona Silaban

LYON, BENTENGTIMES.com – Menit ke-32 Laga Final Liga Eropa yang mempertemukan Marseille versus Atletico Madrid, Kamis (17/5/2018) dini hari WIB, begitu menghentakkan dada.

Disaksikan 55 ribu lebih penonton yang memadati Parc Olympique Lyonnais, Antoine Griezmann langsung menghampiri Dimitri Payet yang tengah menangis.

Pelukan hangat langsung dialamatkannya kepada rekan senegaranya di Timnas Prancis itu, sembari menciumnya.

Saat itu, Payet berjalan menuju keluar lapangan. Cedera hamstring yang diderita Payet memaksanya harus melewatkan sisa laga yang berjalan alot, keras, yang ramai akan suara peluit wasit.

Tak hanya Griezmann, para pemain Marseille pun bergegas mendekati Payet, untuk memberi pelukan dan ciuman yang sama, hal yang tak begitu lazim dilakukan pada sebuah pergantian pemain.

(BACA: Menang Meyakinkan, Atletico Juara Liga Europa)

Payet memang tampak begitu terpukul. Kerah baju terus ditariknya untuk mengusap mata yang basah. Air mata terus mengalir seiring langkah kakinya, keluar lapangan, dan menuju tribun penonton menyaksikan rekan-rekannya berjuang di tengah ketertinggalan.

Ya, saat itu Marseille tertinggal dengan skor kosong satu, sementara sang bintang harus duduk di bangku penonton, memandang dari jauh. Sorotan kamera pun kerap ditujukan padanya. Seperti pada menit ke-41, Payet masih kelihatan menangis, bahkan hingga pertandingan usai.

Dan, setelah laga usai, aku tak begitu larut pada hasil. Peristiwa mengharukan di menit 32 itu sudah mewakili ‘keagungan’ laga ini.

Sebuah persahabatan yang erat, kenegarawanan yang kuat, walau saat itu Griezmann dan Payet diharuskan saling sikut.

Tapi, ciuman itu begitu ‘mesra’, seolah tiada batas bagi mereka. Sebab, aku yakin bahwa kemenangan yang mereka dambakan adalah kemenangan yang tanpa celah, tanpa berbuntut pada permusuhan, karena mereka yakin, siapapun yang mengangkat piala, sesungguhnya keduanya adalah juara.

Juara bagi kami, yang cinta sepakbola, yang lebih menghormati proses daripada sekadar hasil, yang cinta persahabatan dan sportivitas.

Dan, aku juga rindu kita bisa merasakan situasi serupa. Salam Persahabatan.

Share this: