Test PCR, GSI, dan Keterlibatan Luhut

Share this:
BMG
Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan.

JAKARTA, BENTENGTIMES.com– Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan klarifikasi terkait dugaan keterlibatan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dalam bisnis tes polymerase chain reaction (tes PCR).

Nama Luhut Panjaitan ada dalam lingkaran pejabat yang berbisnis PCR. Dua perusahaan yang terafiliasi dengan Luhut, PT Toba Sejahtera dan PT Tiba Bumi Energi, tercatat memiliki saham di PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

GSI sendiri merupakan perusahaan yang mengelola laboratorium GSI Lab untuk tes PCR dan memiliki lima cabang di DKI Jakarta. PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi punya 242 lembar saham senilai Rp242 juta di GSI. Selain Luhut, petinggi PT Adaro Energy dan PT Indika Energy Tbk juga disebut-sebut terlibat dalam bisnis tes PCR.

Deputi Koordinasi Bidang Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto menjelaskan, tujuan pembentukan GSI bukan mencari keuntungan bagi para pemegang saham.

Sesuai namanya, kata Seto, GSI merupakan kewirausahaan sosial. GSI hadir lantaran pada masa-masa awal pandemi 2020, Indonesia masih terkendala dalam penyediaan tes Covid-19.

Berikut ini tulisan lengkap Septian Hario Seto sebagaimana diperoleh Redaksi BENTENG TIMES, pada Senin (8/11/2021).

Saya merasa saya harus menulis mengenai hal ini. Saya akan cerita dari awal, sehingga teman-teman bisa memahami perspektif mendesaknya kita akan kebutuhan Test PCR yang terjangkau dalam pandemi ini.

BacaSandiaga Uno ke Danau Toba Akhir Tahun Ini, Luhut dan Menlu China Menyusul di Awal Tahun

BacaJokowi Teken Perpres 15 Danau Prioritas Nasional, Ketua Dewan Pengarah Luhut

Saya ingat pada tahun lalu, sekitar Maret 2020 ketika awal Covid-19 menyerang Indonesia. Saya yang baru diangkat sebagai komisaris BNI, mendapatkan fasilitas untuk Test PCR dari BNI.

Bersama istri, saya menuju salah satu rumah sakit di Jakarta untuk melakukan test PCR ini. Belakangan saya ketahui, biayanya cukup mahal waktu itu, kalau tidak salah mencapai kisaran 5-7 juta untuk satu orang. Hasilnya dijanjikan 3 hari. Namun setelah 5 hari baru keluar. Alhamdulillah negatif hasilnya.

BacaReaksi Susi ke Luhut Soal Corona Tak Tahan Cuaca Indonesia

BacaKodrat Shah Murka, Karir Politik Anggota DPRD Labura Ini Terancam

Kejadian itu membuat saya berfikir, kalau kapasitas test PCR ini terbatas, dan orang harus menunggu berhari-hari sebelum tahu hasil test mereka, tentunya kita akan keteteran dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Akan terjadi keterlambatan penanganan pasien, karena butuh waktu lama untuk mengetahui apakah seseorang terkena Covid-19 atau tidak, akibatnya tentu saja penularan akan tinggi dan bisa jatuh korban yang banyak.

Halaman Selanjutnya >>>

Proses Pencarian PCR Dimulai

Share this: