Gus Dur Menafsirkan 7 Sapi Kurus 7 Sapi Gemuk saat Indonesia Kritis

Share this:
BMG
Gus Dur.

JAKARTA, BENTENGTIMES.com– Adi Massardi, mantan Juru Bicara Kepresidenan era Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memiliki pengalaman berkesan ikut Gus Dur. Menurut Adi Massardi, Gus Dur sebagai Presiden tetap sederhana.

“Presidennya saja sederhana, sehingga saya tidak mungkin lebih mewah. Di pusat kekuasaan karena figur pemimpinnya adalah Gus Dur yang selalu berpikir dan berjuang untuk rakyat, ini juga membuat semua anggota kabinet juga bersahaja. Anak-anak Gus Dur juga sederhana tidak berbisnis, ini membuat saya tidak bisa bergerak dari format pikiran-pikiran Gus Dur,” ujar Adi Massardi, dikutip dari Okezone.com.

Menjadi Juru Bicara Presiden, membuatnya melihat sosok Gus Dur hampir setiap hari dari pagi ke pagi. Baginya, Gus Dur sosok yang pas menjadi politisi di Indonesia.

Alasannya di Tanah Air berkembang politik rasional dan irasional. Adi menilai Gus Dur bisa menggabungkan kedua ‘mazhab’ itu.

“Jika ada masukan dari kalangan Kiai atau tokoh supranatural, Gus Dur menerima kemudian menganalisis. Lalu, Gus Dur melihat di lapangan,” katanya.

BacaSejarawan Inggris: Gus Dur dan Ahok seperti Soekarno dan Diponegoro

BacaHari Ini 20 Tahun Silam: Ketika Sang Diktator Bertekuk Lutut

Misalnya ketika Gus Dur menjadi Presiden, saat itu di Indonesia dalam keadaan kritis. Dia meminta para Kiai untuk melakukan istikharah. Seminggu kemudian, Kiai-kiai itu datang lagi dengan membawa pesan yakni surat Yusuf.

Dari beberapa Kiai itu pesannya semuanya sama.

Lalu, Gus Dur menafsirkan dari surat itu. Dari surat Yusuf itu ada penjelasan mengenai masa krisis 7 sapi kurus, 7 sapi gemuk.

“Kemudian dikaji Gus Dur bahwa krisis dimulai tahun 1997,maka akan berjalan sampai 2004. Kemudian, tahun 2004 ke atas adalah masa sapi gemuk,” terangnya.

BacaSoal Isu Kudeta Demokrat, Djarot: Maaf, Ini Menunjukkan Kelemahan Mas AHY

BacaMahfud MD: Aktif di HMI, Tim Pemenangan Prabowo Hingga Menjadi Cawapres Jokowi

Lalu, dalam surat Yusuf memuat kisah tentang Nabi Yusuf yang meminta Rajanya untuk melakukan persiapan mengisi gudang-gudang.

Dihubungkan dengan kondisi Indonesia saat itu, Gus Dur menafsirkan tahun 1997-2004 masa membangun fundamental terhadap krisis. Maka yang dibangun fundamental politik, fundamental ekonomi, dan lain-lain.

Share this: