Rezeki Semakin Lancar Sejak jadi Peserta JKN-KIS, Lho?

Share this:
BMG
Amelia Maya Sari, pedagang di kota Berastagi, Kabupaten Karo. Maya merupakan peserta JKN-KIS segmen Pekerja Bukan Penerima Upah tahun 2016.

KARO, BENTENGTIMES.com– Amelia Maya Sari, seorang pedagang warung nasi yang sehari-hari berjualan nasi di kota Berastagi, Kabupaten Karo punya pandangan berbeda terhadap Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Dia yang awalnya sempat ragu, tetapi kemudian kepincut terhadap program jaminan kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan tersebut.

Di sela-sela kesibukannya melayani pembeli, Maya– demikian biasa wanita berusia 37 tahun ini disapa mengisahkan awal mula dia menjadi peserta JKN-KIS pada tahun 2016 lalu. Dia mengaku pertama kali diperkenalkan oleh saudaranya. Saat itu, ia diajak menjadi peserta JKN-KIS.

“Tapi, saya waktu itu jujur saja masih ragu. Dalam hati, iurannya lumayan bisa buat keperluan lain,” ujarnya.

Tetapi ternyata, pikirannya keliru. Dia mengaku tersadar setelah melihat temannya harus dioperasi dan tidak punya kartu JKN-KIS. Sehingga, temannya itu terpaksa pinjam sana sini dulu. Padahal, kalau punya kartu JKN-KIS biaya operasinya dapat ditanggung semuanya.

“Di situ, saya tersadar. Ternyata, pikiran saya soal JKN-KIS selama ini telah keliru,” ujarnya.

BacaButuh Asuransi Kesehatan, Pedagang Goreng Pisang Ini Pilih JKN-KIS

Kejadian itu membuka pikirannya, sebab yang namanya sakit datang kapan saja. Oleh karena itu, dia berpikir sudah seharusnya memiliki sebuah jaminan kesehatan yang dapat meringankan biaya jika jatuh sakit.

Alhamdulillah, sejak saat itu saya dan keluarga sudah menjadi peserta BPJS (JKN-KIS). Meski belum pernah ada keluarga yang dirawat inap, tapi rasanya saya lebih tenang,” ujarnya.

Bersambung ke halaman 2…

Share this: