Program Penanganan Bencana Erupsi Sinabung: Pembangunan SPAM Banyak Penyimpangan

Share this:
BMG-ERIANTO PERANGIN-ANGIN
Kondisi pipa dan bak penampungan dari sungai yang terletak di tengah hutan.

KARO, BENTENGTIMES.com – Salah satu program pemerintah pusat dalam penanganan erupsi Sinabung 2010 adalah pembangunan multiyears sarana penyediaan air minum (SPAM) bersumber dari Deleng Sibuaten, kawasan hutan lindung wilayah Siosar, meliputi Kecamatan Tigapanah, Merek tahun 2015-2016.

Pembangunan yang tertera, di antaranya bak penampung, reservoir, pipa dan sarana lainnya dengan dana berkisar Rp63 miliar berjarak berkisar 9-10 km dari kawasan relokasi Siosar tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabanjahe dan sejumlah kelurahan berkaitan dengan bencana erupsi gunung Sinabung saat itu.

BACA: Pipa Bocor hingga Krisis Air Bersih di Karo

Namun, menurut Bupati LSM LIRA Kabupaten Karo Nawari Sembiring, Ketua LSM KPKP Ikuten Sitepu, Ketua LSM Gempita Karo Robinson Purba dan Sekretaris GM FKKPI Karo Husni Ginting bahwa fakta di lapangan, banyak dugaan tidak sesuai dengan program pembangunan. Dan itu perlu menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, khususnya pemerintah Kabupaten Karo.

Kepada BENTENGTIMES, Minggu (10/5/2020), mereka mengatakan, selain dugaan sarat penyimpangan, pembangunan sarana bak penampung hulu pipa juga perlu diperhatikan. Termasuk bagaimana mekanisme pemasangan pipa serta kualitasnya (tebalnya) pipa. Termasuk pemasangan pipa, dimana ada pipa plastik dan ada pipa besi.

Selain itu, pembangunan reservoir di gerbang Siosar terkesan terbengkalai dan mulai dari hulu air sampai ke resevoir kurang pemeleiharaan dan perawatan. Ada yang pakai penyangga dari cor semen, ada juga di atas batu sungai. Gelondongan-gelondongan batang kayu banyak menimpa batangan pipa yang seketika bisa pecah atau rusak dibawa air sungai kala terjadi banjir.

“Kami sangat kecewa pembangunan air minum dengan anggaran begitu besar, puluhan miliar dari Kementerian PUPR yang ditangani Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS). Padahal, pembangunan yang memerlukan material pasir dan batu tinggal mengambil di lapangan tanpa membeli. Ternyata kualitas proyek sangat mengecewakan masyarakat,” jelas Robinson Purba.

Soni Husni Ginting menambahkan, data yang diperolehnya pada kontrak dari pihak pekerja saat itu tertera bahwa besarnya nilai pekerjaan sebesar Rp63 miliar, namun kenyataannya pembangunan seperti ini.

Sementara pantauan BENTENGTIMES di lokasi, Rabu (6/5/2020), bak penampung air di hulu sungai terkesan asal jadi. Jaring penampung sampah dibuat sejenis tali plastik. Gerbang ke bak juga terbuka sehingga benda-benda, seperti bangkai-bangkai hewan, ada di dalam. Termasuk banyak batang pipa ditimpa batang pohon yang tumbang dan juga gelondongan-gelondongan potongan batang pohon.

BACA: Program PAM SIMAS III Rp350 Juta Sia-sia, Warga Desa Lingga Muda Tak Bisa Nikmati Air Bersih

Saat investigasi, pihak PDAM Tirtamalem juga ditemui sedang memperbaiki pipa yang pecah yang diduga akibat pipa terlalu tipis. Sebab pada pipa yang pecah tersebut, tidak ada kayu yang menimpa.

“Ya, karena pipa pecah inilah maka air minum ke Kabanjahe terganggu,” ujar pihak PDAM Tirtamalem.

Share this: