Kisah Nasabah Jiwasraya Buntung Rp5 Miliar Tergiur Imbal Hasil Tinggi

Share this:
BMG
Rudyantho Deppasau, pemegang polis Jiwasraya. 

JAKARTA, BENTENGTIMES.com– Tidak sedikit nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang tidak tahu kalau dana yang ditanam ke produk JS Saving Plan akan berujung pada kasus gagal bayar seperti sekarang. Hampir semua nasabah itu tidak mengetahui secara pasti bentuk dari produk yang dijual oleh perusahaan asuransi jiwa pelat merah tersebut.

Seperti yang dialami Rudyantho Deppasau. Pemegang polis Jiwasraya ini sedari awal tidak mengetahui detail produk yang ditawarkan oleh Jiwasraya. Ia mengaku hanya mendapatkan tawaran dari marketing Bank QNB yang mana uangnya sedang terparkir di deposito.

Kala itu, marketing bank terus menawarkan produk JS Saving Plan dengan iming-iming imbal balik tinggi. Ditambah lagi Jiwasraya merupakan badan usaha milik negara (BUMN).

“Awalnya, kita ditawarkan oleh bank. Saat itu, marketing itu bilang jauh lebih aman karena ini pemerintah,” ujar Rudy, dalam Acara Polemik MNC Trijaya di Hotel Ibis, Jakarta, Sabtu (18/1/2020).

Untuk diketahui, JS Saving Plan merupakan produk dengan cost of fund (COF) sangat tinggi di atas bunga deposito dan obligasi mencapai 9-13% yang ditawarkan secara masif sejak 2015. Nasabah juga bisa mengambil dananya hanya dalam jangka waktu satu tahun.

BacaRencana Elpiji 3 Kg Jadi Rp35 Ribu Tunggu Restu Jokowi, yang Miskin Tetap Disubsidi

Akhirnya, ia sepakat untuk memindahkan dana Rp7 miliar di deposito ke JS Saving Plan milik Jiwasraya pada 2017. Saat itu, ia tidak menaruh rasa curiga sedikit pun lantaran pihak marketing bank selalu menyebut produk ini milik pemerintah dan dia pun tergiur.

“Kita nggak pernah curiga,” katanya.

Namun, Rudy pun mulai merasa janggal ketika ingin mencairkan dananya pada awal 2019. Dalam prosesnya, ia mengaku setiap pegawai yang bertanggung-jawab terhadap pencairan pun selalu menghindar untuk memberikan keterangan.

BacaRencana Blokir IndoXXI, Menkominfo: Menyiarkan Film Bajakan Itu Salah, Stop!

Untungnya sebagian dananya dari Rp7 miliar bisa dicairkan. Sedangkan sisanya Rp5 miliar masih nyangkut dan belum mendapat kejelasan.

“Pada saat mau cair jatuh tempo tidak ada kabar, bahkan marketing pada menghindar,” tandasnya penuh kecewa.

Share this: