Benteng Times

Mengapa Prabowo Dijadikan Menteri? Simak Penjelasan Djarot!

Anggota DPR RI Djarot Saiful Hidayat saat memberikan kata sambutan dalam Acara Syukuran Pelantikan Jokowi-Maruf Amin di Kantor DPC PDIP Simalungun, Jumat (25/10/2019) siang.

SIMALUNGUN, BENTENGTIMES.com– Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan alasan tentang pengangkatan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) oleh Presiden Joko Widodo. Djarot mengatakan, setelah perhelatan Pemilihan Presiden (Pilpres), Indonesia harus bersatu.

“Kenapa Prabowo dirangkul? Begitu selesai pilpres, kita harus mengakhiri perbedaan. Kita satu darah, satu bangsa. Itu harus dibuktikan tidak hanya dengan ucapan, tapi tindakan,” kata Djarot, saat ditemui dalam Acara Syukuran Pelantikan Jokowi-Ma’ruf Amin, di Sekretariat DPC PDIP Simalungun, Jalan Asahan, Komplek Griya, Jumat (25/10/2019).

Djarot mengakui, ketika Jokowi mengangkat Prabowo yang tak lain merupakan pesaingnya di Pilpres 2019 sebagai Menhan, banyak yang terkejut.

“Ancaman intoleransi dan radikalisme dari dalam maupun luar negeri, datang. Itu memecah belah kita. Hanya karena beda pilihan, melahirkan hoaks, kebencian, fitnah. Jadi, kalau ada gerakan radikalisme dan intoleran, kita kuat, karena Pak Prabowo itu Jenderal TNI dan sekarang jadi Menteri Pertahanan,” paparnya.

Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini menjelaskan, radikalisme dan intoleran memang masih menjadi momok menakutkan di Indonesia. “Jika itu masih tetap ada, bagaimana bangsa ini bersaing dengan bangsa lain untuk memenangkan persaingan global,” ucapnya.

BacaPilpres Menang 92 Persen, Tapi Karo Merasa Dianaktirikan Jokowi, Ini Alasannya

Djarot mencontohkan, Pendiri Gojek Nadiem Makarim yang diangkat Jokowi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) juga di-bully di media sosial (medsos).

“Isu Makarim digoreng. Katanya istrinya (Makarim) non Muslim. Sebenarnya kan bukan itu. Yang dilihat kinerjanya, integritas. Artinya, kita masih menghadapi persoalan seperti itu,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya >>>

Bahkan, mantan Walikota Blitar ini pun menyinggung dirinya yang di-bully saat maju di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu). Sebab, wakilnya Sihar Sitorus merupakan seorang nasrani.

“Masih ada saja politisasi agama untuk menentukan pilihan. Saya bilang, kalau nggak pilih ya nggak apa-apa. Kepala daerah itu kan yang dinilai integritas, pengalamannya. Kalau begini (politisasi agama) susah maju kita,” tandasnya.

Djarot pun meminta agar seluruh kader PDIP tidak ada yang rasis dan membeda-bedakan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Setelah Jokowi-Ma’ruf Amin dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, Djarot menegaskan, perjuangan masih belum selesai.

“Ini kelanjutan perjuangan kita. Perjuangan untuk bebas dari kemiskinan, kebodohan, penderitaan yang selama ini masih diderita masyarakat,” katanya.

BacaDjarot Ajak Masyarakat Simalungun Lawan Berita Hoax

Tak lupa, Djarot mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Simalungun karena telah memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pilpres lalu.

“Di Simalungun, Jokowi menang 68,5 persen. Suara saya di dapil 3 itu paling besar di Simalungun. Terima kasih juga karena sudah memilih dan membantu saya,” ujarnya mengakhiri.

Halaman Sebelumnya <<<

Exit mobile version