Benteng Times

Jokowi Bicara Blak-blakan Soal Isu Indonesia Banjir TKA Tiongkok

Presiden Joko Widodo menghadiri Acara Temu Relawan Bravo-5 di Putri Duyung Ancol, Jakarta Utara, Senin (10/12/2018).

JAKARTA, BENTENGTIMES.com– Presiden Joko Widodo bicara blak-blakan soal isu dirinya dianggap sangat pro dengan Tiongkok. Persepsi itu muncul karena Indonesia sempat diramaikan dengan berita Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok.

Jokowi menyebutkan, TKA asal Tiongkok yang ada di Indonesia jumlahnya sekira 80 ribu. Sedangkan, ‎tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ada di Tongkok dan Hongkong jumlahnya lebih banyak.

“Kalau kita lihat, TKA kita di Hongkong itu kurang lebih 140 ribu, di Taiwan kurang lebih 200 ribu, tambah tenaga kerja kita yang ada di Tiongkok ada 80 ribu. Artinya, sudah 440 ribu,” kata Jokowi, dalam Acara Bravo-5 di Putri Duyung Cottage, Ancol, Jakarta, Senin (10/12/2018).

BacaSoeharto Bapak Tenaga Kerja Asing

BacaLuhut Panjaitan Blak-blakan Tanggapi Masifnya Investasi China

Atas data itu, kata Jokowi, sebenarnya negara-negara tersebut bisa dikatakan sebagai antek Indonesia karena lebih banyak tenaga kerja Indonesia di Hongkong, Taiwan, dan juga Tiongkok.

“Jadi lebih banyak orang Indonesia yang ada di sana daripada orang mereka di sini. Jangan dibalik-balik,” tegas Jokowi.

Kemudian jika dibandingkan negara-negara lain, tenaga kerja Indonesia berada di Eropa sebesar 80 persen. Kemudan di Arab Saudi sebesar 33 persen atau sekira 600 ribu yang menjadi pekerja di sana.

“Karena ada enam ratusan ribu tenaga kerja kita di Saudi, itu yang legal, yang ilegal mungkin jumlahnya bisa lebih,” bebernya.

BacaEfa Butarbutar dan 6 Rekannya Kabur dari Malaysia karena Disiksa Majikan dan Tak Digaji

BacaWarga Deli Serdang Korban Trafficking Kabur dari Malaysia

Kemudian, lanjut kader PDIP itu, di Singapura orang Indonesia yang bekerja ada 24 persen. Sementara orang Singapura yang bekerja di Indonesia hanya sekitar 0,03 persen. Sehingga tidak ada apa-apanya jika dibandingkan jumlah warga Indonesia yang menjadi pekerja di luar negeri.

“Jadi data-data seperti ini harus kita ketahui supaya bisa dijelaskan. Jangan kita diadu-adu dengan angka yang tidak jelas itu,” tandasnya.

Exit mobile version