Rayakan May Day dengan Baca Puisi: Sepercik Jeritan Buruh di Tanah Karo

Share this:
BMG-PELITA MONALD GINTING
Agnesia Nababan membacakan puisi pada peringatan hari buruh di depan Kantor Dinas Tenaga Kerjaaan dan Koperasi UKM Karo.

KARO, BENTENGTIMES.com – Mempringati Hari Buruh 1 Mei 2020, seorang mahasiswi di Karo membacakan puisi untuk Buruh yang berjudul “Sepercik Jeritan Buruh di Tanah Karo”. Mahasiswi tersebut membacakan puisinya di pinggir jalan persis di Depan Kantor Dinas Ketenagakerjaan dan Koperasi Usaha Kecil Menengah Kabupaten Karo di Jalan Pahlawan Kabanjahe, Karo, Jumat ( 1/5/2020) pukul 15.00 WIB.

BACA: FSPMI : Gubsu Baru harus Penuhi Delapan Harapan Buruh

Mahasiswi tersebut bernama Agnesia Nababan (22), warga Jalan Kota Cane Kabanjahe. Dia mengatakan sangat prihatin terhadap nasib buruh di Karo. Karena masih banyak para buruh/pekerja belum sepenuhnya mendapatkan haknya, namun mereka takut bicara.

“Beberapa hal yang saya lihat, para buruh belum semua mendapat jaminan kesehatan, bahkan gaji para buruh masih banyak yang di bawah UMK (Upah Minimum Kota/ Kabupaten),” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa puisi yang ia bacakan dibuat oleh Pelita Monald Ginting, yang juga hadir di lokasi tersebut.

Berikut lirik puisi tersebut:

Sepercik jeritan para buruh di Tanah Karo

Selamat hari buruh
Buat para buruh
Walau saat ini ekonomi dan sosial para buruh belum sejahtera

Di sudut kota sunyi
Di masa pandemi
Saat semua dihimbau stay at home dan dirumahkan akibat PHK

Aku ingin berteriak sejenak,
Semoga terdengar oleh telinga telinga sang penguasa negeri ini

Ayam berkokok tanda berangkat
Di pagi buta, berkerumun di pinggir jalan menunggu jemputan untuk diangkut berangkat banting tulang.
Memutar roda mesin pabrik

Langkah terus menapak walau tak nampak ujung cahaya
Angan menghapus rasa letih
Saat bergelut dengan roda kehidupan

Seandainya anak sakit
Bagaimana berobat
Bulan akan berganti
Bagaimana seragam sekolah
Uang sekolah
Dan seterusnya

Angan sang buruh di truk angkutan
Melayang kemana mana
Mereka saling terdiam membisu
Pikiran berkata kata,
Badan diayun jalan yang bergelombang
Oleh lajunya angkutan para pekerja buruh

Kalau aku menuntut
Upah Minimum Kerja
Bagaimana kalau di-PHK
Kemana kami mengadu

Lebih baik aku diam
Lebih baik kami diam
Daripada dipecat
Kami para buruh hanya bisa diam dan mensyukuri aturan aturan secara pasrah walau tak rela
Apa yang diberi walau kadang tak cukup
Untuk kebutuhan hidup layak

BACA: Menyesatkan! Buruh Bangunan Ini Konsumsi Sabu Penambah Stamina

Tak ada jaminan untuk kesehatan
Tak ada jaminan hari tua
Tak kerja
Tak makan

Terima kasih
Selamat hari Buruh.

“Puisi ini dibacakan di pinggir jalan agar orang yang berlalu lalang dapat mendengar,” ujarnya.

Share this: