Benteng Times

Terungkap, Sebelum Jatuh di Sungai Lau Biang, Korban Cium Tangan Ibu dan Ayah

Teman-teman satu sekolah korban datang ke lokasi kejadian menyalami ibu dan keluarga korban.

KARO, BENTENGTIMES.com – Di sudut jembatan Sungai Lau Biang, Dasar Milala dan Sri Ulina br Purba tampak terus menangis. Mata mereka yang basah terus mengarah ke arah sungai, menyaksikan tim Basarnas dan masyarakat melakukan pencarian Lala Milala, anak mereka, yang jatuh ke sungai tersebut pada Minggu (24/2/2019). Sesekali, keluarga dan warga terlihat memberi penghiburan pada mereka.

Dan, beberapa lama terpaku dalam kesedihannya, tiba-tiba tangis ibu korban memecah menenggelamkan suara gemercik air sungai, saat beberapa teman sekolah dan satu kos korban datang ke lokasi tragedi jatuhnya korban, Senin (25/2/2019).

BACA: Geger, Pengendara Sepeda Motor Terjun ke Sungai Lau Biang dan Hilang

Tiba-tiba saja ibu korban menangis histeris saat rombongan berseragam STM Merdeka mengahampiri dirinya dan menyalaminya.

“Anakku, enda enggo reh krina teman-teman ndu nakku. Si biasa kena rusur ras anakku, uga nge ninggku anakku. Morah kal ateku natap seragamna e krina anakku, emaka cidahken dage man bandu anakku,” ujarnya sambil menangis dan menyalam satu per satu teman korban.

Pencarian korban yang jatuh di sungai Lau Biang, Desa Kandibata, Senin (25/2/2019).

Sementara, ayah korban, Dasar Milala, terlihat masih setia dalam ratapannya, masih dengan mata yang basah, duduk di sebelah istrinya.

Dan, saat hendak diwawancarai, ibu korban belum bisa memberikan komentar apa pun. Janita (28), keluarga dekat korban yang datang memberikan keterangan. Dia mengatakan bahwa Lala Milala adalah anak yang baik.

BACA: Jalan Longsor Terabaikan Akhirnya Makan Korban, Pengendara Masuk Jurang

Lala saat ini duduk di kelas 1 SMK di Berastagi dan kos di dekat sekolah. Setiap seminggu sekali, biasanya Lala pulang ke kampungnya di Desa Biak Nampe untuk minta uang kebutuhan sehari-hari.

“Pada hari Sabtu kemarin, Lala pulang ke kampung dari Berastagi seperti biasa. Dan hari Minggu balik ke kosannya. Tak seperti biasa, Lala tidak biasanya memakai kendaraan roda dua. Tapi kemarin itu dibujuk-bujuknya ibu dan ayahnya agar mengizinkan dirinya bawa kreta ke kos. Dengan bujuk rayu, akhirnya orangtua ngasih izin. Saking senangnya, Lala cium tangan ibu dan ayah dan pamitan pulang,” ujar Janita mengisahkan.

Dan, sesampainya di SPBU Kacaribu, Lala ditelepon untuk kembali menjemput STNK yang ketinggalan. Sesampainya di Jembatan Sunhai Lau Biang, saat hendak menjemput STNK tersebut, terjadilah kecelakaan naas itu.

“Karena di kendaraan roda dua korban ada tertulis ‘Biak Nampe’, dari situlah saksi yang melihat kejadian langsung menghubungi warga Desa Biak Nampe,” ujar Janita.

Sementara, Riko sitepu (16), teman satu kos korban mengatakan bahwa dirinya setipa hari selalu sama dengan korban. Bahkan, dia belum percaya atas apa yang telah menimpa sahabatnya itu.

“Saya tadi tidak sekolah karena sedihnya. Sampai sekarang saya belum percaya atas kejadian yang menimpa teman saya ini,” ujar Riko di atas jembatan saat melihat ke arah jurang sungai.

Informasi dihimpun di lokasi, berbagai cara sudah dilakukan untuk mencari korban yang merupakan warga Desa Biak Nampe, yang mengalami kecelakaan tunggal di titi sungai Lau Biang, Desa Kandibata, Kecamatan Kabanjahe pada Minggu (24/2/2019) sekira pukul 13.30 WIB. Namun, sampai Senin (25/2/2019) pukul 18.00 WIB, korban belum juga diketemukan.

“Sampai hari ini (Senin, red) pencarian tetap dilakukan oleh pihak Basarnas dibantu warga setempat dan keluarga korban. Namun hasilnya masih nihil,” ujar Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Medan M Agus Wibisono SE.

Dia mengatakan, metode pencarian dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menurunkan perahu rafting beserta tim untuk pengarungan di sungai. Cara kedua, menurunkan rescuer dengan scouting darat agar dapat memantau titik-titik yang dicurigai lokasi korban tersangkut, karena kondisi sungai yang banyak mengalami penyempitan yang menyebabkan tidak bisa dilalui perahu rafting.

Agus juga mengharapkan peran serta potensi SAR dan masyarakat guna kelancaran jalannya operasi.

“Semalam setelah menerima laporan, Tim Basarnas langsung terjun menuju lokasi kejadian. Visibility yang kurang jelas dan tingginya tebing serta derasnya arus sungai menyulitkan tim SAR melakukan pencarian pada malam hari. Maka pencarian secara maksimal baru dapat dilaksanakan pada Senin (25/2/2018) pukul 07.00 WIB. Namun pukul 17.00 WIB pencarian kembali dihentikan, besok pagi kita lanjut lagi,” ujarnya.

Exit mobile version