Benteng Times

Ikan Teri Nasi Bakal Hilang Kalau Larangan Pukat Tarik Tak Dicabut

Calon Gubernur Sumatera Utara di sela-sela makan siang, Senin (19/2/2018), menerima aspirasi asosiasi nelayan se-Sumatera Utara, di RM Ria Jalan Palangkaraya, Medan.

Djarot: Saya Akan Bicarakan ke Bu Susi

MEDAN, BENTENGTIMES.com – Calon Gubernur Sumatera nomor urut 2 Djarot Syaiful Hidayat di sela-sela makan siang, Senin (19/2/2018), menerima aspirasi Asosiasi Nelayan Teri se-Sumatera Utara.

Kepada Djarot, asosiasi nelayan ikan teri memprotes kebijakan Menteri Kelautan Susi Pujiastuti terkait larangan penggunaan alat tangkap pukat tarik. Menurut nelayan ikan teri, tudingan Menteri Susi bahwa penggunaan pukat tarik merusak ekosistem itu tidak benar.

Sebab, ketika melakukan penangkapan ikan teri, pukat tariknya melayang di permukaan laut.

“Kami tidak pernah menyisir sampai di dasar laut. Sebab kalau sampai dasar, lumpur akan terikut sehingga ikan teri tidak bisa diolah,” ujar Suardi Siagian dari HNTeri (Himpunan Nelayan Teri) Kota Medan kepada BENTENGTIMES.com, Senin (19/2/2018).

Jadi, jika Menteri Kelautan Susi Pujiastuti tetap melarang penggunaan alat tangkap ikan pukat tarik, mereka tidak dapat menangkap ikan teri. Dan, ikan teri nasi yang selama ini sudah terkenal dari Kota Medan bakal hilang dari pasar.

Burhan Simanjuntak, seorang nelayan menimpali, untuk perairan laut Sumatera Utara tidak ada terumbu karang. “Di sini lumpur semua. Saya asli nelayan,” timpalnya.

Sementara, Ketua Asosiasi Nelayan Kota Tanjungbalai Khairul Rasyid menyampaikan bahwa mereka sempat senang ketika Presiden Jokowi pernah bilang, cantrang dan sejenisnya sudah bisa beroperasi. Nelayan bisa mencari ikan di Laut Selat Malaka dan Pantai Barat.

“Kami sudah sempat senang,” ujat Khairul.

Tapi belakangan, ternyata kebijakan itu hanya boleh dilakukan bagi nelayan di Pulau Jawa dan Madura.
Ia berharap pemerintah memberikan solusi agar jangan sampai terjadi bentrok antar nelayan. Jangan ada lagi pembakaran.

Dia juga mengungkapkan, bantuan yang diberikan pemerintah tidak digunakan nelayan Tanjungbalai karena jaringnya terlalu besar, 2,5 inchi.

“Ikan apa yang didapat? Kalau di Kalimantan atau di Sulawesi, okelah, ikannya besar-besar. Kami di sini, yang kami tangkap ikan-ikan kecil,” tandasnya.

Menanggapi keluhan nelayan, Djarot Syaiful Hidayat menyampaikan akan bertemu dengan Menteri Kelautan Susi Pujiastuti. Kita akan menyampaikan aspirasi para nelayan di Sumatera Utara agar alat tangkap disesuaikan.

“Yang gak boleh alat tangkap merusak ekosistem, tidak merusak terumbu karang. Seperti menggunakan bom ikan, itu tidak boleh,” terangnya.

Kepada nelayan, Djarot berpesan para nelayan jangan terfokus menangkap ikan saja tapi melakukan budidaya. Laut Indonesia kaya.

“Jadi menangkap ikan oke, budidaya juga oke. Budidaya merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan ikan di pasar,” pesannya.

Terakhir, ia mengajak para nelayan bagaimana agar ikan dari Sumatera Utara bisa masuk ke pasar internasional, seperti Malaysia, India, Pakistan dan lainnya.

Kemudian persoalan pembuangan limbah sembarangan, Djarot mengatakan di sinilah butuh ketegasan pemerintah.

Exit mobile version