Benteng Times

Sihar Peluk Hangat Saulina Sitorus, Nenek yang Dihukum karena Menebang Pohon Itu

Nenek Saulina Sitorus memeluk Sihar Sitorus saat Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara itu berkunjung ke kampung nenek tersebut.

TOBASA, BENTENGTIMES.com – Bakal Calon Wakil Gubernur Sumut Sihar Sitorus bersama istrinya Patricia Juanita Siahaan menaiki boat di Pelabuhan Ajibata, Parapat, Sumatera Utara, Sabtu (10/2/2018) sore.

Perjalanan Sihar sore itu untuk menemui warga di Dusun Panamean, Desa Sampura, Kecamatan Ukuran, Toba Samosir (Tobasa).

Kunjungan Sihar ke desa tersebut bukan hanya sekadar menyapa warga, tapi ada seseorang yang spesial yang harus ditemuinya.

“Yang pasti yang saya temui bukan politisi. Bukan juga seorang tokoh masyarakat. Tetapi saya harus ke sana,” kata Sihar saat di atas boat.

Meski cuaca terlihat kurang bersahabat, Sihar mengatakan dia tidak mencemaskan hal itu. “Danau Toba itu anugerah Tuhan untuk masyarakat dengan segala keindahannya. Jadi, selama niat kita tulus, alam akan bersahabat,” ucap Sihar.

Sihar mengatakan masyarakat yang dikunjunginya adalah warga yang bermukim di tepi danau.
Mereka sudah tinggal secara turun temurun, serta hidup dengan sederhana. Berdampingan satu dengan yang lain. Namun ada persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat itu. Sehingga dia harus ke sana untuk menemui mereka.

“Saya mendengar ada beberapa masalah vertikal di sana antarsesama kerabat. Saya datang ingin menyapa dan berbagi cerita damai bersama mereka,” ujarnya.

Sihar mengatakan, di lingkungan masyarakat pada umumnya kerap terjadi papasan vertikal tersebut.

Seorang pemimpin harus dapat menjadi pendamai. Memihak kebenaran dan kebaikan. Jadi kalau ingin hidup di lingkungan masyarakat yang baik, ya kita harus bisa menempatkan diri sebagai objek dan sebagai subjek. Agar kita dapat hidup dengan damai,” ungkapnya.
Sesampainya di dusun Sampura, Sihar melangkah ke pemukiman warga. Menemui sejumlah masyarakat yang ada di sana. Sihar pun duduk bersama, serta mendengar keluh kesah mereka. Termasuk persoalan internal warga yang berujung kasus hukum.

Setelah mendengarkan latar belakang dari persoalan tersebut, Sihar pun menemui seorang nenek bernama Saulina Boru Sitorus, tujuan utama yang membawanya ke tempat ini.

Sulina yang baru saja menghadiri acara duka cita di sebelah rumahnya langsung dihampiri Sihar Sitorus.

Sihar pun memanggil Oppu Linda dengan panggilan Oppung. Oppu Linda pun berhenti dan menoleh kepada Sihar.
Sihar mengulurkan tangannya dan menunduk menyalami Oppu Linda. Oppu Linda mengelus pipi Sihar Sitorus seraya menyampaikan supaya Sihar memanggilnya dengan sebutan namboru. “Panggil saya namboru, Sihar,” ujar Ompu Linda.

Saat memeluk Sihar, Oppu Linda mengelus wajah Sihar dan menciumnya. Wajah keriput Oppu Linda pun seketika tampak dibasahi air matanya.

Suasana pertemuan ini semakin haru, saat Patricia datang dari belakang Sihar dan memeluk Oppung Linda dan memperkenalkan dirinya.

“Saya istrinya Sihar Ompung,” ujar Patricia. Patricia pun langsung dipeluk dan dicium Ompu Linda.

Ompu Linda yang senang dikunjungi, mengajak Sihar dan Patricia berjalan menuju rumahnya. Mereka berjalan beriringan dari halaman dan masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah, Sihar yang didampingi Istrinya duduk di tikar mengapit Ompu Linda.

Di dalam rumah, mereka duduk berdampingan dan Sihar pun mendengar cerita dari nenek Saulina. Menurut Sihar, persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat tersebut hanya kesalahanpemahaman.

Dia memediasi kedua belah pihak untuk berdamai dan tetap rukun. “Karena hanya mediasi itu yang dapat kita lakukan sebagai solusi. Mereka harus saling memaafkan dan tidak berkonflik. Serta harus bersama agar dapat mencapai kebaikan,” terang Sihar.

Sihar mengatakan bahwa di desa itu masih diikat kekerabatan yang harus terus dikuatkan sebagai tali persaudaraan.

“Ada persoalan penebangan kayu, ada tanah dan menurut saya persoalan utama itu komunikasi dalam keluarga. Karena semua keluarga. Jadi kita berharap masyarakat tetap rukun,” ujarnya.

Pertemuan antara Sihar Sitorus bersama istrinya dengan nenek Saulina boru Sitorus itu pun diawali dan di akhiri dengan pelukan hangat.

Pelukan dari paraman (sebutan dari seorang wanita kepada anak laki-laki dari saudara laki-lakinya) yang diharap bisa membuat nenek Saulina lebih tegar dan menjalani hidup lebih tenang ke depannya. (md/tribun)

Exit mobile version