Ternyata, Pembelajaran Jarak Jauh Bikin Kesenjangan Antara si Kaya dan Miskin Makin Lebar

Share this:
BMG
Ilustrasi anak-anak belajar di rumah, saat pandemi Covid-19.

Merefleksi Pelaksanaan PTM Terbatas

Sementara, Kartini Rustandi, plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, menuturkan, situasi kasus Covid-19 memang menurun belakangan ini, tapi hal tersebut tidak boleh menjadikan semua pihak terlena.

Dari data yang dia miliki, kasus Covid-19 pada anak banyak terjadi pada usia 7-12 tahun, 16-18 tahun, lalu 13-15 tahun.

“Artinya, anak-anak kita yang sedang dalam usia sekolah. Tentu ini menjadi perhatian kita, terlebih pada saat ini kasus Omicron sudah masuk di Indonesia. Kita tahu kasus Omicron merupakan kasus yang memang tidak terlalu berat, tetapi sangat mudah menyebar,” kata Kartini Rustandi.

Kartini Rustandi mengungkapkan, merefleksi pelaksanaan PTM terbatas yang dilakukan pada 2021, sejumlah penyebab terjadinya penularan terhadap peserta didik di sekolah.

BacaTanjungbalai Sudah Bisa Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Tapi..

BacaJanuari 2021, Rencana Belajar Tatap Muka, Harus Taat Prokes

Pertama, menurut Kartini, kontaminasi terjadi dari guru yang positif Covid-19. Dia mengungkapkan, sejauh ini, masih ada guru yang belum mendapatkan vaksinasi.

“Demikian juga dengan pegawai sekolah. Tapi, tidak tertutup kemungkinan kontaminasi dari siswa atau keluarga siswa atau anak didik kita. Mereka tidak punya gejala, tetapi sering kali mereka menjadi penular,” imbuh Kartini.

Halaman Selanjutnya >>>

Hal Paling Sering Terjadi di Sekolah, Prokes Longgar

Halaman Sebelumnya <<<

Share this: