Benteng Times

Aksi Brutal Preman di Danau Lau Kawar, Wisatawan Dikeroyok, Pelaku Teriak Bakar

Keluarga Ade Chandra, korban pengeroyokan sekelompok preman di objek wisata Danau Lau Kawar, Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, saat membuat laporan pengaduan ke Mapolsek Simpang Empat, Kamis (13/5/2021).

KARO, BENTENGTIMES.com– Suasana batin keluarga besar Ade Chandra ST saat ini masih dalam keadaan trauma. Terutama anak-anak dan keponakan Ade Chandra sangat tertekan setelah menyaksikan langsung ketika Ade Chandra dan mertuanya dikeroyok oleh sekelompok preman di objek wisata Danau Lau Kawar, Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo.

Informasi dihimpun BENTENG TIMES, aksi brutal preman itu berawal ketika Ade Chandra bersama keluarganya hendak mengisi libur Lebaran dengan mengunjungi Danau Lau Kawar, pada Kamis (13/5/2021). Saat itu, rombongan Ade Chandra berjumlah dua mobil.

Mereka merupakan wisatawan lokal. Ade Chandra sendiri berdomisili di Jalan Masjid, Kelurahan Tambak Lau Mulgap, Berastagi. Berkunjung ke Danau Lau Kawar, sengaja mereka lakukan mengingat imbauan pemerintah dilarang mudik.

Nah, siang sekira pukul 12.00 WIB, mereka pun tiba di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran. Namun, laju kendaraan mereka dihentikan oleh sejumlah pemuda di Pos Restribusi Danau Lau Kawar.

Oleh sejumlah pemuda itu, keluarga Ade Chandra diminta membayar uang retribusi sebesar Rp35 ribu. Namun, Ade Chandra enggan membayar retribusi, sebaliknya dia meminta agar para pemuda itu dapat menunjukkan karcis (tiket resmi, red).

BacaKeluh Kesah Pedagang Pajak Berastagi, dari Janji Muluk Pemkab Karo Hingga Pungli

BacaMencekam! Antar Napi Bentrok di Rutan Kabanjahe, Batu Beterbangan, Gedung Dibakar

Rupanya, sikap warga Berastagi ini membuat para pemuda itu tersinggung. Dengan nada marah, para pemuda itu kemudian menyuruh rombongan Ade Chandra agar segera putar balik jika tidak bersedia membayar sejumlah uang.

“Siapa pun yang mau masuk ke kawasan Danau Lau Kawar, harus bayar uang sama kami,” kata Ade Chandra, menirukan ungkapan sejumlah pemuda itu.

Bersambung ke halaman 2..

Entah bagaimana salahseorang dari keluarga Ade Chandra tiba-tiba nyeletuk; “Kalau gitu, kalian ini pungli“.

Mendengar kata-kata pungli (pungutan liar, red), pemuda yang stanby di pos retribusi tadi semakin emosi dan melontarkan nada-nada tinggi. Kemarahan pemuda di pos retribusi itu kemudian memantik perhatian sejumlah pemuda lainnya.

Sesaat kemudian, sekelompok pemuda lengkap dengan berbagai jenis senjata, seperti pacul, kayu, besi, bambu, datang menghampiri rombongan korban. Dan, terjadilah pengeroyokan terhadap Ade Chandra dan mertuanya (berusia 63 tahun).

BacaPelaku Pungli Lawan Polisi: Nanti Kau Kami Masak di Sini! 1 Orang Ditangkap dan Dites Urine

BacaOknum TNI Terlibat Bentrok dengan Sekelompok Pemuda di Desa Merek Karo

Ironisnya, pengeroyokan itu disaksikan langsung anak-anak dan keponakan Ade Chandra sendiri. Kebetulan, rombongan Ade Chandra didominasi para ibu-ibu dan anak-anak.

Melihat tindakan anarkisme itu, istri Ade Chandra merekam kejadian itu dengan menggunakan ponsel android miliknya.

Bersambung ke halaman 3..

Ternyata, diantara pelaku ada yang menyadari jika aksi mereka direkam. Lalu, para pelaku berusaha merampas ponsel istri korban dan meminta agar menghapus video yang sudah direkam. Tapi, istri Ade Chandra berusaha merebutnya kembali.

Aksi beringas sekelompok pemuda setempat tersebut tidak sampai di situ. Mereka meminta semua yang ada di dalam mobil, termasuk anak-anak agar segera keluar.

BacaMelawan Saat Ditangkap, Bandit Narkoba Ditembak Mati di Karo

BacaPerkara OTT Pungli, Walikota Siantar dan Wakil Walikota Diperiksa Polda Sumut

Dalam suasana mencekam itu, mereka berusaha mengunci pintu. Melihat sikap rombongan Ade Chandra, sekelompok preman itu semakin beringas. Bahkan diantaranya ada yang berteriak bakar saja mobilnya. Para ibu-ibu dan anak-anak yang mendengar ancaman bakar itu jadi histeris.

Lalu, salahseorang keluarga Ade Chandra berusaha membujuk para pelaku agar segera membebaskan mereka, dengan alasan bahwa mereka telah meminta pertolongan dari pihak kepolisian.

“Sebentar polisi datang, mereka sudah di jalan. Kalau kalian tidak melepaskan kami, oke kita tunggu sama-sama di sini,” ujar salahseorang keluarga Ade Chandra.

Bersambung ke halaman 4..

Mendengar hal itu, amarah sekelompok pemuda setempat itu seketika sirna. Setelh kurang lebih satu jam disandera, rombongan Ade Chandra akhirnya dilepaskan. Kemudian, para korban pergi meninggalkan lokasi.

Setelah lolos dari penyanderaan para preman itu, Ade Chandra bersama keluarga langsung berobat ke puskesmas terdekat, sekaligus melakukan visum et repertum.

BacaDi Jalinsum, Truk Dibakar karena Tak Beri ‘Uang Preman’, Supir Ngadu ke Jokowi

BacaPungli di Balik Bantuan Pangan Non Tunai, Kadis Sosial Sergai Kena OTT

Selanjutnya, mereka mendatangi Mapolsek Simpang Empat dan melaporkan kejadian itu.

“Laporan resmi telah kami sampaikan ke Polsek Simpang Empat. Kami berharap polisi bertindak tegas,” kata Pangeran, Wakil Sekretaris Biro Bantuan Hukum DPC PDIP Kabupaten Karo, adik ipar korban Ade Chandra.

Kapolsek Simpang Empat AKP A Ridwan Harahap, ketika dikonfirmasi, membenarkan telah menerima laporan pengaduan terkait kasus penganiayaan yang dialami korban Ade Chandra, penduduk Berastagi. Saat ini, kasusnya masih dalam proses penyelidikan.

“Ini masih di lapangan,” ujar Ridwan Harahap, lewat WhatsApp kepada BENTENG TIMES, Sabtu (15/5/2021), malam.

Exit mobile version