Benteng Times

Rumah Tanpa Sekat Kamar: Maaf Cakap, Kalau Ingin Begituan Apa Pantas?

Salahsatu rumah bantuan untuk pengungsi Sinabung Tahap lll Siosar tampak plong, sama sekali tidak ada sekat kamar.

KARO, BENTENGTIMES.com– Ini kisah tentang korban erupsi Gunung Sinabung, terkhusus para pengungsi relokasi tahap lll Siosar. Relokasi tahap III Siosar diperuntukkan kepada warga asal tiga desa dan satu dusun di Kabupaten Karo, yaitu Desa Mardingding, Desa Sukanalu, Desa Sigarang Garang dan Dusun Lau Kawar.

Atas rasa keprihatinan, pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Karo, telah menetapkan program relokasi tahap lll di kawasan Siosar. Masing-masing warga asal tiga desa dan satu dusun itu, berhak mendapat bantuan 1 unit rumah berikut lahan pertanian.

BacaTruk Muatan 20 Ton Bibit Kentang Bantuan Korban Sinabung Masuk Jurang

BacaAnak Sinabung Pendulang Prestasi Berharap Perhatian Lebih Pemkab Karo

Dalam merealisasikan program bantuan itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo dihunjuk sebagai OPD teknis. Namun, sampai saat ini, permasalahan penanganan pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung masih menyisakan sejumlah persoalan.

Silang Sengketa

Dari penelusuran BENTENG TIMES, bantuan rumah dan lahan pertanian bagi warga terdampak erupsi Sinabung masih belum sesuai harapan. Lahan pertanian yang dijanjikan belum dapat dikelola karena terkendala silang sengketa.

Didapat informasi bahwa Lahan Usaha Tani (LUT) yang semula diperuntukkan untuk para pengungsi relokasi tahap lll Siosar belakangan diklaim oleh warga Desa Pertibi sebagai tanah ulayat milik mereka. Sehingga, proses kegiatan pembersihan lahan atau cabut tungkul masih belum terlaksana.

Bersambung ke halaman 2..

Padahal, mayoritas pengungsi berprofesi sebagai petani. Mereka menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Tapi, lahan pertanian yang dijanjikan hingga saat ini tidak ada.

“Profesi kami 80 persen petani. Kalau lahan pertanian tidak ada, bagaimana kami memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Ke mana kami cari kebutuhan sekolah anak kami, bang? Sampai kapan kami harus menunggu hasil sengketa?” kata mereka bersahutan.

BacaGubsu Resmikan Terminal Modern Pertama di Sumut: Tak Boleh Lagi Ada Petani Miskin

Kondisi bangunan bantuan korban erupsi Sinabung relokasi tahap 3 Siosar.

BacaDoa Bersama Lintas Agama: Semoga Bencana Sinabung dan Covid-19 Segera Berakhir

Sementara, bantuan sewa lahan dan rumah yang selama ini mereka terima, tempo hari hanya berlangsung tiga bulan. Dari setahun yang dijanjikan, yang terealisasi hanya tiga bulan. Bulan berikutnya, bantuan dihentikan tanpa alasan jelas.

Jauh dari Layak

Kemudian, kondisi bangunan perumahan para pengungsi relokasi tahap lll Siosar dinilai masih jauh dari kata layak huni. Fasilitas minim.

Menurut keterangan beberapa warga asal Desa Sigarang Garang kepada awak media, saat ditemui di lahan perumahan milik warga Desa Sigarang Garang kawasan Siosar, Selasa (23/3/2021), mengatakan, sudah berkisar dua bulan mereka menerima kunci rumah dari pihak BPBD Karo melalui pemerintah desa. Namun, kondisi bangunan rumah itu menurut mereka sangat memprihatinkan.

“Jauh dari kata layak huni,” keluh salahseorang pengungsi dan diaminkan sejumlah warga lainnya sembari meminta nama mereka tidak dipublikasikan.

“Coba abang lihat, dinding bagian dalamnya pun tidak dicor, hanya batu bata yang tampak bekas dicat,” timpal pengungsi lainnya sembari menuntun awak media memasuki salahsatu bangunan rumah.

Bersambung ke halaman 3..

Air Belum Ada

Selain itu, suplay air bersih juga sampai sekarang belum ada. Padahal, meteran air, instalasi pipa, dan kran air sudah terpasang.

Kemudian, bangunan kamar mandi mereka juga tidak dilengkapi bak penampungan air. Dan, sekat kamar mandi tidak kandas sampai ke atas dan masih terbuka berkisar 30 cm.

BacaSinabung Erupsi Lagi, Waspada Lahar Dingin, Petani Merugi Miliaran Rupiah

BacaSinabung Erupsi Lagi, Kolom Abu Lebih dari 5.000 Meter, Ini Permintaan Warga…

Mereka juga menyayangkan desain rumah bantuan tersebut, karena sama sekali tidak memiliki sekat kamar.

“Bentuk dalamnya seperti kotak sabun tanpa ada sekat kamar. Apa begini bangunan yang dimaksud sudah layak untuk dihuni? Maaf cakapnya, kalau kami mau melakukan kebutuhan biologis, apa pantas seperti ini?” keluh mereka.

Maka dari itu, mereka berencana mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Karo, agar mendapat solusi.

Bersambung ke halaman 4..

BPBD Karo: Memang Tidak Ada Kamar

Terpisah, Pelaksana Tugas Kepala BPBD Karo Natanael Peranginangin, mengungkapkan telah melakukan serah terima rumah kepada warga relokasi tahap 3, melalui masing-masing pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan.

“Sebelumnya, telah kita ajak pemerintahan desa dan perwakilan untuk melihat dan mendatanya,” kata Natanael Peranginangin, melalui pesan singkat WhatsApp.

BacaBencana Alam di Tengah Pandemi, Dusun Bakerah Karo Diterjang Lahar Dingin

BacaAnggota DPD RI Badikenita Sitepu Bagi Masker ke Warga Terdampak Erupsi Sinabung

Mengenai fasilitas air, Natanael, mengungkapkan telah terjadi kerusakan pipa di beberapa titik, pada saat proses kegiatan pembangunan perumahan diduga karena terkena alat berat dan begitu juga di bak penampungan. Namun, saat ini tengah dilakukan perbaikan.

“Buat suplay air juga saat ini sedang kita perbaiki bang,” tulis Natanael, lewat WA.

Bersambung ke halaman 5..

Selanjutnya tentang ruangan tanpa sekat, Natanael mengatakan bahwa rumah tersebut memang tidak difasilitasi kamar. Dijelaskan bahwa konsepnya adalah rumah tumbuh.

“Kalau kamarnya memang tidak ada, karena rumah tersebut konsepnya adalah rumah tumbuh,” terang Natanael.

Dan, Natanael mengklaim bahwa bangunan perumahan untuk korban pengungsi Relokasi tahap III Siosar telah sesuai dengan denah dan RAB (Rencana Anggaran Biaya) yang dibuat oleh konsultan perencana.

BacaMenerjang Malam, Mengungkap ‘Tikus’ Pencuri Kayu Pinus Kawasan Siosar

BacaFIF Group Kabanjahe Peduli Sinabung, Bagikan 5.000 Kotak Masker Lebih ke Warga

Pada kesempatan itu, Natanael kembali menyampaikan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pemerintah desa. Sehingga, jika ada hal-hal yang perlu mendapat penanganan agar segera diberitahukan.

“Bila ada hal-hal yang dianggap perlu perbaikan, akan diperbaiki. Kami tetap berkoordinasi dengan pemerintahan desa,” pungkas Natanael.

Exit mobile version