Benteng Times

Heboh! Dosen UIN Hina Suku Batak, Ini Isi Lengkap Ucapannya…

Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau.

RIAU, BENTENGTIMES.com – Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau Dr Husni Tamrin diduga melakukan penghinaan terhadap suku Batak. Dalam rekaman suara yang viral berdurasi 8 menit 56 detik, Husni menyebut suku Batak adalah perusak di Riau.

Dalam rekaman suara itu dialog antara salah satu mahasiswa Falmi Abdullah dengan Husni di Fakultas Ushuludin UIN Suska Riau. Informasi yang dihimpin, dialog itu terjadi antara mereka terjadi pada 21 November 2019. Dialog itu terjadi saat audiensi dengan mahasiswa terkait masalah pelarangan cadar dan celana cingkrang di kampus.

BACA: Putra Tapanuli Menang di Pilgub Riau

Ini diawali saat Falmi sebagai salah satu mahasiswa mempertanyakan kebijakan pelarangan penggunaan cadar bagi mahasiswi dan celana cingkrang bagi pria di kampus. Menurutnya, hal itu adalah bentuk diskriminasi kampus terhadap mahasiswa. Dia mencontohkan UIN lain tidak menerapkan itu.

“Loh masing-masing orang punya pandangan, kampus punya otoritas. Kamu sekolah di universitas Kristen kamu harus menghapal Injil. Di sini (UIN Suska Riau) harus menghapal Juz Amma. Kamu kalau sekolah di Yahudi harus ya ke Yahudi, kalau di Jepang kamu menyembah matahari. Jadi mau apa? Kalau mau ikut, ikut regulasi. Kalau tidak, keluar. Saya akan mau foto yang pakai cadar. Itu kan tatap muka. Tau gak kau kuliah tatap muka. Memang saya paksa. Mendidik itu harus memaksa,” ucapnya dengan nada tinggi.

Fahmi terus mempertanyakan mengapa ada paksaan yang tidak boleh memakai celana cingkrang dan menutup aurat wajah bagi mahasiswi. Menurutnya, itu adalah ajaran agama, jadi tidak ada paksaan. Apalagi kebijakan itu belum resmi diterapkan. Husni kemudian mempertanyakan identitas mahasiswa yang terus menanyai kebijakan itu.

“Kamu sapa, asalnya dari mana,” tanya Husni kepada mahasiswa itu.Lalu dijawab oleh Fahmi. “Saya Fahmi Abdullah Pak. Saya dari Baganbatu (daerah perbatasan Riau dan Sumatera Utara,” jawabnya.

“Ha,kan kamu pasti Batak. Batak harus keluar dari sini (Riau). Batak itu kurang etika,” ketus Husni.

Lalu Fahmi mempertanyakan rasis yang diucapkan oleh dosennya itu. Kemudian dia mempertanyakan mengapa menyebut Batak tidak ada etika. Dia menyebut tidak semua suku Batak seperti yang diucapkan Husni.

BACA: Konflik Selama 34 Tahun Terkait Batas Riau-Sumut Akhirnya Tuntas

“Kau contohnya (tidak punya etika) kau Batakkan. Memang begitu dia. Udah dicap orang di mana-mana tu,” ketusnya.

Fahmi lalu mengingatkan dosennya agar tidak mengucapkan ujaran kebencian terhadap suku tertentu. Fahmi menyebut hal itu bisa viral dan diberitakan di media masa. Namun Husni mengaku tidak takut.

“Tau tidak kau, pemberontak-pemberontak dari UIN ini, dari Polda, dari Batak semua. Menghancurkan UIN. Menghancurkan dunia Melayu. Itulah Batak itu. Ini dunia Melayu Boy. Bukan dunia Batak ini,” ucap Husni dengan nada tinggi.

Fahmi pun meminta agar Husni tidak bicara rasis. Dia menyatakan bahwa dia hanya ingin mempertanyakan alasan pelarangan pemakaian cadar dan celana cingkrang. Dia kembali mengingatkan ucapannya bisa menyakiti suku Batak dan bisa viral di media.

“Silahkan saja (adukan ke media). Masalah media, saya ini orang media. Udah kau baca media aku. Aku ini (pernah) dimuat di media mana-mana. Kau tengok itu. Tak kau tengok di tv aku. Hebat kali media tu? Taik kucing-nya itu (media),” ketusnya.

Setelah ucapan yang mengandung rasis itu viral, berbagai reaksi pun muncul dari berbagai kelompok etnis Batak, terutama dikalangan grasroot, media sosial Facebook dan WhatsApp .

BACA: Densus 88 Geledah Kampus Fisip Universitas Riau

Untuk meredam itu semua, perwakilan dari generasi muda Batak yang juga bahagian dari IKBR Dedi Harianto Lubis, SH langsung melakukan pertemuan dengan Rektor UIN Profesor Akhmad Mujahidin, serta dihadiri Dekan Fakultas Ushuluddin DR Jamaluddin MUs dan Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Dr Ahmad Supardi.

Pertemuan itu diinisiasi oleh Relawan Nawacita Raya Desmanto dan Patar Sitanggang berlangsung, pada Minggu (24/11/2019) pada pukul.12.30 WIB. Rektor UIN menyampaikan langsung kekecewaan dan penyesalannya atas terjadinya peristiwa tersebut. Bahkan rektor mengaku dirinya ditelepon langsung oleh Gubernur Riau dan meminta agar segera diselesaikan agar tidak terjadi konflik SARA di Riau.

Rektor pun berharap agar masalah ini bisa selesai dengan jalan musyawarah dan kekeluargaan. “Semoga bisa kita selesaikan dengan jalan musyawarah,” ujarnya.

Sementara, Dedi Harianto Lubis menyampaikan bahwa ucapan rasis yang dikeluarkan seorang akademisi sangat tidak elok, apalagai di negara yang memiliki ideologi Pancasila dan ber-Bhinneka Tunggal Ika.

Dia juga menyampaikan bahwa reaksi keras ditunjukkan oleh warga Batak di berbagai grup WA yang ia ikuti sangat manusiawi, karena ucapan oknum dosen tersebut telah melukai hati warga Batak. “Namun untuk itu kita berharap juga bisa segera selesai, agar tidak dimanfaatkan pihak tertentu,” ujarnya.

Dedi, menyampaikan 3 poin dalam kesimpulannya, pertama, meminta Rektor UIN mengadakan mediasi dengan mengundang perwakilan tokoh-tokoh Batak, meminta dosen yang bersangkutan mengakui kesalahan dan meminta maaf di forum tersebut dan meminta rektor memberi sanksi tegas kepada yang bersangkutan.

BACA: Penyerang Mapolda Riau Disebut-sebut Jaringan ISIS Kota Dumai

Ketiga poin tersebut disambut baik Rektor UIN dan berjanji akan menindaklanjuti dengan mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Batak, Melayu dan lainnya, yang direncanakan dilaksanakan pada Senin (25/11/2019).

Diketahui, selain menghina suku Batak, dosen ini juga menghina profesi wartawan dengan menyebut kata-kata tidak pantas. Dia mengaku tidak takut diberitakan dan bersikeras dan bersisikuh bahwa yang diucapkan adalah benar.

Exit mobile version