Benteng Times

Alumni Santo Thomas Medan Ini Raih Bintang Kehormatan dari Australia

Prof Rose Amal semasa SMA di Santo Thomas Medan.

AUSTRALIA, BENTENGTIMES.com – Setiap tahun di bulan Juni, Australia memiliki tradisi yang dilakukan untuk memperingati ulang tahun Ratu Elizabeth yang masih secara resmi menjadi kepala negara Australia.

Perayaan ini dilakukan dengan memberikan bintang kehormatan kepada mereka yang dianggap berjasa di bidang masing-masing. Penghargaan tersebut diberikan melalui Companion of The Order of Australia (AC). Setiap tahunnya, AC hanya memberi penghargaan kepada 35 orang.

Dan, penghargaan AC yang diberikan pada Senin (11/6/2018) ini ternyata juga diterima oleh wanita asal Medan yang bekerja di Universitas New South Wales. Dia adalah Prof Rose Amal, wanita kelahiran Medan dan pindah ke Sydney sejak 35 tahun lalu.

Amal mendapatkan penghargaan karena jasanya di bidang teknik kimia, khususnya di bidang teknologi partikel.

Ibu dua anak ini juga diberi penghargaan atas perannya sebagai role model dan mentor bagi perempuan di dunia sains. Amal juga pernah masuk dalam salah seorang dari 100 insinyur paling berpengaruh di Australia.

“Saya bisa mengatakan ketika saya pindah ke sini 35 tahun lalu sebagai mahasiswa, saya tidak pernah berpikir, tidak pernah bermimpi, bahwa saya akan mendapat penghargaan di Australia,” ujar Amal.

Prof Rose Amal

Amal dulunya menempuh pendidikan di SMA Santo Thomas, Medan. Sejak SMA, dia mengaku sudah tertarik dengan ilmu kimia, fisika dan matematika. Amal kurang menyukai biologi walaupun orang tuanya sempat menyarankan Amal untuk menjadi dokter.

Setelah tamat SMA, Amal melanjutkan pendidikan S1 Jurusan Teknik Kimia di University of New South Wales (UNSW) di Sydney. Sebelumnya, Amal sempat juga mempertimbangkan Amerika Serikat dan Kanada untuk melanjutkan pendidikan, namun ia merasa Australia lebih cocok karena dekat dengan Indonesia.

Setelah merampungkan gelar S1, Amal ditawari beasiswa untuk meraih gelar PhD (Doktor). Meski saat itu juga ditawari pekerjaan di Singapura, Amal lebih memilih melanjutkan pendidikannya.

Kemudian Amal bekerja di badan Australian Nuclear Science Technology Organization (ANSTO) selama sekitar 18 bulan, sebelum akhirnya melamar untuk posisi akademik di fakultas teknik kimia UNSW pada tahun 1992, dan diterima.

Bahkan, Prof Rose Amal juga menjadi insinyur perempuan pertama yang diterima di badan ilmu pengetahuan bergengsi, Australian Academy of Science.

Dalam wawancaranya dengan ABC, Amal mengaku melakukan penelitian di bidang photocatalysis dan nanoteknologi, yaitu melakukan pemurnian dan pembersihan dua unsur yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia: air dan udara.

“Saat saya memulai kerja saya dalam bidang photocatalysis, saya meneliti tentang bagaimana kita bisa menggunakan cahaya matahari untuk menguraikan polutan di air atau bahan organik di udara,” jelasnya.

Dalam proses pembersihan air, Rose sedang meneliti cara untuk menjadikan titanium dioksida memiliki sifat seperti magnet agar bisa dipisahkan dengan mudah dari air dengan menggunakan medan magnet. Namun, menurutnya, proses pemurnian air dengan photocatalysis ini terlalu mahal untuk diterapkan dalam skala besar dan untuk kebutuhan sehari-hari.

Exit mobile version