Ketika Bung Karno Menantang Para Insinyur Peneliti ITB Membuat Batu Jadi Baju

Share this:
BMG
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (tengah) bersama Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumut Soetarto.

Mendobrak Berbagai Kungkungan Budaya Masa Lalu

Apa yang disampaikan Bung Karno tersebut sangatlah relevan hingga kini.

Kehadiran BRIN merupakan satu tarikan nafas dengan semangat Proklamasi tersebut. BRIN menggelorakan kembali jalan Indonesia yang berdiri di atas kaki sendiri.

BRIN didesain bukan untuk secara tiba-tiba dengan cara ajaib membawa kemajuan bangsa. Bukan!

Di depan BRIN penuh jalan perjuangan. Di dalam jalan itu terkandung tekad untuk membangunkan kembali mentalitet para peneliti yang dipinggirkan selama beberapa dasa warsa terakhir.

BRIN juga mengemban misi untuk membangunkan tekad agar anak bangsa yang masuk ke Departemen LITBANG bukanlah akhir sebuah karir.

Sebaliknya, LITBANG perlu dibangkitkan spiritnya sebagai ujung tombak inovasi dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Di sinilah kehadiran BRIN penting guna menggerakkan seluruh elemen BRIN untuk menegaskan bahwa Indonesia tidak mungkin maju tanpa melalui jalan penguasaan ilmu-ilmu dasar.

Tanpa mengembangkan Riset dan Inovasi yang mendorong semangat berdikari, tidak mungkin Indonesia dapat keluar dari berbagai ketergantungan luar negeri.

Kehadiran BRIN tentu tidak mudah. BRIN harus menghadapi mentalitet birokratisasi dalam penelitian.

BRIN harus berhadapan dengan rendahnya budaya riset dan inovasi. BRIN harus menghadapi mentalitet penelitian yang terkadang hanya untuk mengejar pemenuhan standar akademis.

BRIN juga perlu mendobrak berbagai kungkungan budaya masa lalu yang mengatakan bahwa menjadi peneliti itu tidak prospektif bagi masa depan.

Pada saat bersamaan BRIN juga harus menghadapi ego sektoral birokrasi yang luar biasa rumit, seringkali saling menihilkan, dan belum kondusif bagi terciptanya sinergi koneksivitas antar lembaga, serta antar peneliti sendiri.

Belum lagi dari persoalan rendahnya alokasi anggaran penelitian, karena spirit penguasaan ilmu-ilmu dasar dan semangat untuk mengangkat wibawa riset dan inovasi belum masuk pada aspek strategis bagi pengambil kebijakan. Anggaran riset dan inovasi masih dianggap sebagai cost center, daripada opportunity dan investasi bagi masa depan.

Melihat rumitnya berbagai persoalan di atas, guna memompakan pentingnya semangat penelitian untuk memperkuat jalan berdikari bagi kemajuan bangsa, maka perpaduan kepemimpinan Presiden Jokowi dan Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri sangat penting agar ‘tembok tebal penghambat kemajuan’ bisa didobrak. Sebab tembok tebal yang mencerminkan kuatnya hambatan sistemik bagi kemajuan penelitian di Indonesia memerlukan kepemimpiinan yang kuat, visioner, serta mampu mengelola masa transisi yang tidak mudah.

BacaJangan Puas pada Keindahan Alam, Mengelola Desa Wisata Butuh Kreativitas dan Inovasi

BacaInovasi Luar Biasa Ikan Lele Probiotik di Bilah Hulu, Target 2 Ton per Hari

Para akademisi, terlebih para peneliti tentunya paham, bagaimana birokrasi penelitian selama ini.

Bagaimana para peneliti belum menempati tempat yang strategis secara kultural dan kelembagaan bagi kemajuan bangsa.

Halaman Selanjutnya >>>

Selamat Datang Era Baru, yang Mengedepankan Pentingnya Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Halaman Sebelumnya <<<

Share this: