Benteng Times

Dukungan TGB Untuk Jokowi, Potret Akal Sehat Pemimpin Muslim

Tuan Guru Bajang

Catatan: Abdullah Umar

BENTENGTIMES.com – Sejak Rabu (4/7/2018) malam, jagat media sosial di Indonesia dipenuhi oleh pemberitaan yang memuat pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Barat sekaligus salah satu ulama, Tuan Guru Bajang (TGB) mendukung Presiden Joko Widodo untuk melanjutkan kepemimpinannya di 2019-2024.

Pernyataan itu cukup mengagetkan semua pihak, khususnya pihak oposisi. Apalagi, nama TGB termasuk yang direkomendasikan PA 212 (forum anti Jokowi) sebagai calon presiden di Pipres 2019. Bagi saya, apa yang dilakukan TGB menunjukkan potret akal sehat seorang pemimpin Muslim.

Siapa sebenarnya TGB? Nama aslinya ialah TGH Muhammad Zainul Majdi, Lc. Gelar Lc nya didapat pada 1996 setelah ia lulus studi tentang Tafsir Ilmu dan Al Qur’an di Universitas Al-Azhar, Cairo Mesir.

Ia pun meraih gelar doktor di kampus yang sama pada 2011. Nama TGB dalam bahasa NTB berarti Haji Muda yang suka mengajar (ilmu Islam). Darah ulama dalam diri TGB juga mengalir dari kakeknya, M Zainuddin Abdul Majid yang merupakan salah satu pahlawan nasional dari NTB.

Setelah menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009 dari Partai Bulan Bintang, pada 2008 ia terpilih menjadi Gubernur NTB setelah diusung PKS dan PBB, dua partai yang memang memiliki basis masa yang cukup kuat di sana.

Pada 2013, ia kembali terpilih menjadi Gubernur NTB, namun saat itu ia didukung oleh Partai Demokrat. TGB pun hingga saat ini tercatat sebagai kader Partai Demokrat.

Di hadapan media, TGB menyampaikan alasannya mendukung Jokowi untuk memimpin dua periode, yaitu keberlanjutan pembangunan yang sudah dimulai Jokowi selama 4 tahun belakangan.

Ia menilai Jokowi telah meletakan dasar-dasar pembangunan yang baik di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di NTB. Oleh karena itu, jika 2019 berganti presiden, suasana kebatinan rakyat akan terganggu, keberlanjutan pembangunan pun akan terancam.

Seperti yang kita ketahui, di era Jokowi, pembangunan infrastruktur di wilayah Timur Indonesia gencar dilakukan.

NTB menjadi salah satu daerah yang mendapatkan manfaat besar. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dibangun untuk menjadikan NTB sebagai pusat destinasi wisata baru di Indonesia yang berskala internasional. Masyarakat sekitar pun mulai merasakan berdenyutnya roda perekonomian di sana.

TGB dengan segala rekam jejaknya tentu tidak sembarangan dalam bertindak. Sebagai sesama mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Mesir, saya paham nilai ke-Islaman pasti menjadi rujukan dalam setiap pilihan.

Mungkin saja sebagai seorang ulama, TGB menilai Jokowi pemimpin yang memiliki keberpihakan besar bagi umat Muslim. Perhatian Jokowi pada tanah waqaf (sertifikasi tanah waqaf), program ekonomi umat di berbagai pesantren, hingga sikap adilnya dengan membangun infrastruktur tidak hanya berpusat di Jawa, sesuai dengan standar kepemimpinan yang dianjurkan oleh Islam.

Apalagi, sebagai pemimpin di daerahnya, TGB dapat melihat jelas masyarakatnya masih begitu mencintai Presiden Jokowi. Bisa dipahami, keputusan TGB mendukung Jokowi merupakan potret akal sehat dari seorang pemimpin muslim.

Sebaliknya, kejadian ini seolah tamparan keras bagi para lawan Jokowi. Khusus bagi PKS, ini merupakan goncangan yang cukup berarti, mengingat di Pilpres 2014 lalu, NTB menjadi daerah nomor 2 dengan presentase kekalahan Jokowi terbesar setelah Sumatera Barat.

Saat itu di NTB, Jokowi-JK hanya meraih 27,55 persen suara. Maklum, dengan basis massanya yang kuat di sana, PKS menjadi mesin utama pemenangan Prabowo-Hatta.

Bahkan di Sumatera Barat, di mana Jokowi hanya meraih 23,08 persen suara di Pilpres 2014, masyarakatnya sempat dibuat gempar setelah di bulan Ramadan kemarin, dimana Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mendoakan Presiden Jokowi agar bisa memimpin dua periode.

Irwan juga sempat menulis di media cetak lokal bahwa ia belajar banyak dari cara blusukan Jokowi bahwa pemimpin harus turun langsung ke rakyat. Irwan merupakan kader PKS.

Selamat Datang Kembali Politik Akal Sehat di Indonesia!!!

Penulis adalah Mahasiswa Indonesia di Universitas Cairo, Mesir

Exit mobile version