El Clasico Terakhir Sang Legenda

Share this:
Guard of Honour yang akhirnya dilaksanakan pada laga Barcelona vs Real Madrid.

Oleh: Benny Liono

Iniesta pulih atau memang dipaksakan pulih untuk Clasico terakhirnya, yang jelas Valverde memasangnya menemani Bosquet dan Rakitic di tengah. Cou diplot di depan bersama Messi Suarez. Madrid pun menurunkan semua pemain terbaiknya.

Clasico seri ini memang agak ‘aneh’, dimana hasil sudah tidak berpengaruh pada salah satu tim karena gelar sudah dikunci. Tapi tidak akan pernah ada Clasico tanpa tensi. Mozaik indah, stadion penuh, gengsi, dan rivalitas terus menjamin laga ini menjadi laga paling ditunggu seluruh dunia. Terlalu banyak yang dipertaruhkan dari sekedar 3 poin.

Pada awalnya Barca terlihat amat baik. Pergerakan cair, cepat, dan amat tajam. Terutama Iniesta yang mampu menjaga possesion dengan amat baik. Gol pertama lahir dari serangan balik cepat. Prosesnya sedikit mirip dengan apa yang terjadi Desember lalu. Suarez dengan amat cepat membelokkan bola ke Roberto yang berlari kosong. Lalu bola dikirimkan dengan crossing lambung yang presisi dan diselesaikan dengan tendangan volley Suarez.

(BACA: Madrid Kewalahan Hadapi 10 Pemain Barca)

Setelah unggul, Barcelona malah tertekan. Madrid begitu cepat memindahkan bola dari pertahanan sendiri ke sepertiga akhir. Peluang yang dihasilkan nyata. Tidak lama, akselerasi Ronaldo diteruskan Kroos dengan crossing yang dipantulkan Benzema kembali ke Ronaldo. Sebuah proses gol yang indah.

Sayangnya setelah ini, Ronaldo yang pada proses gol terhantam kaki Pique, bermain kesakitan sampai akhirnya diganti di awal babak kedua. Dalam kedudukan imbang, Madrid masih lebih menekan. Setelah jual beli serangan yang seru, tensi agak meninggi setelah insiden Suarez-Ramos yang dibalas Messi.

(BACA: Barcelona vs Real Madrid: El Clasico Tetaplah El Clasico)

Kemudian lahir sebuah aksi bodoh Roberto yang berbuah kartu merah langsung. Memang Marcelo sedikit berlebihan, tapi mengangkat tangan, apapun alasannya tidak bisa ditoleransi. Barcelona diuntungkan dengan pluit HT (half time) setelah Roberto dikeluarkan, sehingga Madrid tidak mendapat momentum.

Di babak kedua, Barcelona diuntungkan dengan ditariknya Ronaldo karena cedera. Serangan Madrid jadi tidak seberbahaya ketika Ronaldo ada di lapangan. Seketika Barca bangkit dan serangan lebih cepat di babak kedua.

Harus diakui gol kedua Barca sebenarnya tidak terjadi andai wasit jeli ketika Suarez jelas menjegal Varane sebelum memberi assist ke Messi. Walaupun begitu, Madrid mampu menyamakan kedudukan lewat sebuah proses yang baik.

(BACA: 5 Drama pada El Clasico, Nomor 1 jadi Ajang Pembalasan)

Lalu terjadi 1 insiden yang dianggap mempengaruhi hasil laga. Wasit yang tidak berdiri terlalu jauh entah kenapa tidak memberi penalty ketika Alba jelas menjegal Marcelo. Madrid pantas menyesali keputusan ini, walau sebenarnya Bale juga mestinya dikartu merah langsung di babak pertama setelah menendang Umtiti.

Paulinho yang masuk menggantikan Iniesta sempat mendapat peluang bagus di depan gawang. Sayang crossing Semedo tidak terlalu akurat. Sisanya Barcelona sepertinya puas dengan hasil imbang sekaligus mempertahankan rekor tidak terkalahkan menghadapi rival terberatnya dengan 10 pemain.

Seperti anggapan semua orang, Clasico tetaplah Clasico, laga seperti final, hidup mati, apapun posisi kedua tim. Mau di ajang apapun, laga ini selalu menghadirkan lebih dari sebuah laga sepakbola. Selalu ada drama, ketegangan, kartu kuning, sampai kartu merah.

Memang sekilas, laga Clasico tidak “ramah” untuk anak-anak. Tapi apa yang terjadi pasca laga mengajarkan hal sebaliknya. Banyak hal-hal positif berbau fairplay yang memang kadang tidak terekspos media.

Sempat tercuri kamera Zizou memberikan pelukan kepada Iniesta yang telah melakoni laga Clasico terakhirnya. Mungkin di lorong ganti, pemain kedua kubu juga melakukan hal sama. Kontras memang dengan apa yang terjadi di lapangan.

Tapi setuju dengan Ramos yang mengatakan kalau rivalitas selesai di lapangan. Di luar lapangan, semua pemain adalah sesama kolega yang berjuang masing-masing untuk badge di dada.

Semestinya ini juga menjadi semangat fans kedua tim yang kadang bertindak berlebihan seolah rivalitas mesti ditunjukkan dengan permusuhan, saling ejek, bahkan sampai buta akan kebaikan dan keunggulan pihak lawan.

Sekali lagi, kemenangan memang penting, tapi menyikapi kekalahan, mengakui keunggulan, dan menyelamati lawan butuh hati yang besar dan biar itu menjadi prinsip yang dijunjung semua fans sepakbola. Terima kasih Iniesta untuk kontribusi selama ini. Clasico akan terus mengenangmu sebagai salah satu yang terbaik!

Visca Barca!!

Share this: