Pilkada Sumut Djarot VS Edy, Duel Kelas Berat

Share this:

Oleh : Birgaldo Sinaga

Kabar turun gunungnya pendekar mumpuni dari Ibu Kota ikut tarung Pilkada Sumut sontak mengagetkan pendekar lokal Sumut. Mengagetkan. Tak disangka tak diduga sebelumnya.

Kagetnya persis kayak prajurit yang sedang tiduran di barak kedatangan Jenderal. Semua lompat dari rebahan lalu pasang muka siapppp grakkkk.

Jenderal turun gunung itu namanya Djarot Syaiful Hidayat. Mantan Gubernur DKI Jakarta. Sekondannya mantan Gubernur Ahok yang terkenal di seluruh dunia itu.

Tapi apa mungkin Djarot maju ikut tarung di Sumut? Apa gak turun kasta?

Politik PDIP tidak mengenal kasta. Orang awam beranggapan jika sudah jadi menteri turun jadi gubernur itu turun kasta. Seperti Mensos Khofifah Indar Parawansa yang mencalonkan diri jadi Jatim 1. Khofifah dianggap turun kasta. Itu pandangan awam.

Dalam dunia politik, sistem kepangkatan hirarkinya bukan seperti pangkat birokrasi. Kayak pejabat eselon 1 harus posisi Dirjen. Bukan begitu.

Politik itu kerja tim. Bukan individual. Artinya siapapun dari sebuah tim yang dianggap punya peluang tertinggi menang, itu yang akan didukung mati-matian.

Mengapa?

Kompetisi perebutan kekuasaan tingkat pilkada muaranya akan menuju perebutan kekuasaan tingkat nasional, Pilpres.

Untuk merebut ibukota, rebut kota sekelilingnya. Teori Desa Mengepung Kota, Mao Zedong. Untuk merebut Istana Negara, rebut Istana Daerah.

Di luar Jawa, Sumut punya nilai paling sexy. Ada pemeo waktu jaman old, polisi yang jadi Kapolda Sumut, dipastikan jadi Kapolri.

Share this: