BUMN dan UMKM dalam Cerita dan Angka, Siapa Pahlawan Sesungguhnya?

Share this:
BMG
Adian Napitupulu, Sekjen PENA 98.

Setelah cerita dan angka tentang BUMN, sekarang mari kita bandingkan dengan UMKM.

Tahun 1998, ketika terjadi krisis ekonomi banyak perusahaan besar yang tutup, bank bangkrut, pabrik gulung tikar. PHK merebak di mana-mana. Ketika situasi semakin buruk dan mencekam, para pengusaha besar itu berlomba cari aman dengan pergi keluar negeri.

Siapa pelaku ekonomi yang tersisa dan bertahan di Indonesia saat itu? Jawabannya adalah UMKM, mulai dari pedagang kaki lima, warteg, warung kelontong, penjual sayur keliling, pedagang bubur ayam, dan sektor usaha mikro dan kecil lainnya. Ya… mereka yang tersisa, yang setia menjaga agar roda ekonomi negara tetap berputar.

Ketika situasi kembali membaik, banyak pengusaha besar itu pulang lagi ke Indonesia dan berdiri di depan seolah pahlawan, kembali berkoar, atur sana atur sini.

Situasi ekonomi serupa sedang terjadi hari ini, pabrik, kantor, bank, mall, bioskop, tempat hiburan semua tutup. Ekonomi melemah, menurut Kadin, PHK sudah tembus 6 juta orang, defisit mencapai Rp1.039 Triliun. Serupa tapi tak sama dengan tahun 1998, karena krisis terjadi dari sebab yang berbeda.

Untuk kesekian kalinya, UMKM kembali membuktikan keperkasaan, ketangguhan, dan kepahlawanannya. Sudah hampir 4 bulan situasi Darurat Corona diberlakukan, BUMN menjerit, pengusaha besar menjerit, tapi UMKM walau terseok terus berjalan tanpa lobi-lobi. UMKM membuat roda ekonomi terus berputar di bawah, transaksi jual beli tetap terjadi, perputaran uang terus tidak berhenti di tangan para pelaku UMKM.

Saat truk peti kemas hilang dari jalan, di gang-gang dengan sepeda atau motor pelaku UMKM tetap mengirim tahu, tempe, kue rumahan, jamu, sayur, telur, dan bahan kebutuhan pokok tetap beredar dari tangan ke tangan, dari warung di rumah kontrakan, dari kampung ke kampung. Tangguh luar biasa!

Percaya atau tidak, mau tertawa meremehkan atau tidak, terserah, tapi data menunjukan bahwa Usaha Mikro di Indonesia mempekerjakan tidak kurang dari 107 juta orang, usaha kecil 5,7 juta orang, dan usaha menengah 3,7 juta orang. Mereka para pelaku UMKM berkeringat, bekerja tanpa ribut-ribut, tanpa Tim Sosmed untuk populerkan citra diri. Mereka bekerja dalam kesunyian dan keheningan tanpa puja puji, tapi nyata menyelamatkan negara ini.

Bagaimana dengan para pengusaha besar itu? Para pengusaha besar bisa jadi termasuk BUMN yang kerap melobby kemudahan, fasilitas, pengurangan pajak, pinjaman berskala besar dengan bunga rendah, dana talangan, dan kemudahan-kemudahan lainnya itu ternyata dalam data hanya mempekerjakan 3,58 juta pekerja atau sekitar 3% dari total pekerja se-Indonesia. Sangat sedikit tidak berbanding seimbang dengan semua tuntutan dan permintaan ini itu mereka.

Huffff…. andaikata Program Padat Karya yang dicanangkan Presiden Jokowi diimplementasikan dengan membagikan Rp152 Triliun itu untuk modal kerja masing-masing Usaha Mikro, melalui KUR Mikro dan kecil sebesar Rp25 juta saja, maka setidaknya akan ada 6 juta usaha Mikro dan Kecil yang bergeliat dan lepas dari sesak nafasnya. Andai tiap usaha mikro dan kecil itu mempekerjakan 3 orang saja, maka paling tidak ada 18 juta lapangan kerja untuk 18 juta orang.

BacaJuara Pemilu 2019, Ini Nama 126 Caleg PDIP yang Duduk di Senayan

Itu kalau Rp152 Triliun, nah kebayang gak kalau 50 %, dari dana PEN yaitu Rp320 Triliun jadi KUR Mikro yang disalurkan langsung, sekali lagi langsung ke UMKM tanpa mampir kanan kiri, maka paling tidak ada 12.800.000 UMKM akan bangkit, lalu akan ada setidaknya 38.400.000 lapangan kerja kembali terbuka, 38.400.000 orang kembali mendapatkan pekerjaan.

Share this: