Benteng Times

Jokowi Tidak Ingin Senasib dengan Amerika Latin, Mengapa?

Presiden Joko Widodo dalam Acara Kompas 100 CEO Forum 2022, Jumat (2/12/2022).

JAKARTA, BENTENGTIMES.com– Presiden Joko Widodo menuturkan, Indonesia sudah lama menyatakan sebagai negara dengan ekonomi terbuka. Namun, terbukanya ekonomi Indonesia tidak boleh disalah artikan. Sebab, dia tidak ingin bernasib sama dengan Amerika Latin yang terjebak puluhan tahun menjadi negara berkembang.

“Sudah lebih dari 50, 60, 70 tahun negara mereka berkembang terus. Bukan berkembang terus, tapi menjadi negara berkembang terus,” kata Jokowi, pada Acara Kompas 100 CEO Forum 2022, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/12/2022).

Negara-negara Amerika Latin, menurut Jokowi, pada tahun 1950 dan 1960, telah menjadi negara berkembang. Mereka juga membuka ekonominya dan menjadi negara berpendapatan menengah dalam beberapa waktu kemudian.

Hanya saja, kata Jokowi, mereka sangat membuka pintu yang lebar bagi para investornya. Cara ini memang benar, tetapi perlu diwaspadai.

“Problem-nya mengartikan keterbukaan itu membuka seluas-luasnya untuk investor. Ini bener. Ini betul. Tapi hati-hati, beda yang saya lihat di Taiwan dan Korea. Ini yang harus betul-betul di design secara konsisten dan harus kita lakukan terus,” kata Jokowi.

Caranya, lanjut Jokowi, dengan membuat negara lain bergantung kepada Indonesia.

BacaJokowi Ungkap Perkataan Mark Zuckerberg Terkait Metaverse di 2016

BacaJokowi Ajak Bupati Walikota Menanam: Ciptakan Kemandirian Pangan, Penuhi Asupan Gizi!

Dia mengungkapkan, beberapa kali Indonesia telah berhasil melakukannya. Ada beberapa negara yang memang sangat tergantung dengan komoditas unggulan Indonesia.

“Ini sudah beberapa kali saya cek. Siapa sih yang bergantung kepada kita? Ternyata, banyak sekali. Begitu batubara kita stop dua minggu saja, yang telpon ke saya banyak sekali kepala negara, perdana menteri, presiden,” ungkap Jokowi.

“Oh ini tergantung, tergantung, tergantung, kok banyak sekali. Saya kaget juga,” sambungnya.

Halaman Selanjutnya >>>

Ketika Indonesia Melarang Ekspor CPO

Ketika Indonesia Melarang Ekspor CPO

Ternyata, kata Jokowi, tidak hanya batubara. Banyak juga negara yang sangat tergantung dengan CPO Indonesia. Bahkan ketika Indonesia melarang ekspor CPO, banyak pihak yang mempertanyakan kebijakan itu.

“Begitu juga minyak, CPO. Begitu kita stop, ya karena saya harus stop. Banyak pertanyaan dari luar, dari IMF, Bank Dunia, kenapa stop,” kata Jokowi.

“Ya karena dalam negerinya ilang barangnya. Saya harus utamakan rakyat saya dulu,” imbuh Jokowi.

Kenapa dunia, Jokowi menegaskan, Indonesia tidak bisa dengan mudahnya memberikan hasil produksinya ke negara lain, sementara di negara sendiri kekurangan. Keputusan itu pun dianggap banyak pihak sebagai kekeliruan.

“Banyak yang menyatakan itu keliru, ya terserah enggak apa-apa, pendapat orang berbeda-beda. Saya utamakan rakyat saja,” tegas Jokowi.

Presiden Jokowi dalam Acara Kompas 100 CEO Forum 2022, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/12/2022).

BacaTahukah Anda, Minyak Jelantah Ternyata Bisa Diolah jadi Sabun Batangan

BacaYudo Margono, Anak Petani Jadi Calon Tunggal Panglima TNI, Pernah Tugas di Belawan

Hasilnya, lanjut Jokowi, kebijakan itu pun tidak salah langkah. Tapi sebaliknya, hingga kini harga minyak goreng di dalam negeri sangat stabil dan terjangkau bagi masyarakat.

“Bisa saya cek kemarin di dua pasar, baru sehari dua hari kemarin, masih di Rp14.000 dan sebagian di bawah Rp14.000,” sebut Jokowi.

Halaman Sebelumnya <<<

Exit mobile version