Duka Pengrajin Keranjang Bambu Desa Ndokum Siroga di Balik Erupsi Sinabung

Share this:
PELITA MONALD GINTING-BMG
Marselinus Laila dan istri Diana sedang menganyam bambu, Jumat (14/8/2020). Pasangan suami istri ini satu dari 10 orang pengrajin keranjang di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Karo.

KARO, BENTENGTIMES.com– Erupsi Sinabung telah berdampak terhadap sendi-sendi perekonomian di Tanah Karo. Akibat bencana alam itu, para petani sekitaran Gunung Sinabung terancam gagal panen. Dampak lain juga dirasakan para pengrajin keranjang bambu.

Marselinus Laila (36) dan Diana (37) merupakan pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pengrajin keranjang bambu di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Karo. Pasutri ini mengungkapkan, omset penjualan mereka turun drastis sejak Sinabung mengalami erupsi.

“Sejak Sinabung erupsi, permintaan keranjang sepi sekali,” kata Marselinus, saat ditemui BENTENG TIMES, Jumat (14/8/2020).

Namun, ayah dua orang anak ini tidak punya pilihan lain selain terus menekuni pekerjaan menganyam bambu. Sebab, mereka sendiri tidak memiliki ladang dan tinggal juga di rumah kontrakan.

Sementara, dua orang anaknya membutuhkan biaya untuk melanjutkan pendidikan. Satu orang anaknya sedang menempuh pendidikan SMP di Simpang Empat Ndokum Siroga dan yang satu lagi SD di Desa Surbakti.

“Hidup harus jalan terus, kami tidak boleh menyerah pada keadaan,” ujarnya dengan raut wajah sedih.

Untuk mendapatkan bahan anyaman bambu lanjut Marselinus, mereka mendapatkannya dengan cara lelang dari para petani bambu di desa itu. Biaya pembelian berkisar Rp7.000 per batang. Dari satu bambu itu, mereka dapat memroduksi 3 buah keranjang.

Dalam satu hari, Marselinus mengatakan bisa menganyam sekurang-kurangnya 10 buah keranjang.

“Saya dapat lima, istri saya juga lima. Itu rata-rata dalam satu hari,” sebut Marselinus.

BacaIni Tata Cara Ajukan Keringanan Kredit, Simak Poin 8!

Keranjang itu, mereka ecer seharga Rp14.000 per buah. Biasanya digunakan untuk mengemas buah tomat dan jeruk. Tetapi terkadang mau juga digunakan untuk mengemas cabe dan sayur mayur.

Pembelinya bisa datang dari mana saja. Tetapi umumnya, para petani sekitaran Simpang Empat.

“Sekarang, penjualan sedang sepi,” ujar Marselinus.

BacaTanam Sayuran di Halaman Kantor, Kadis TPH Sumut: Tempo Dua Bulan, Panen

Pada kesempatan itu, dia berharap pemerintah setempat memperhatikan kelangsungan hidup para pengrajin keranjang bambu.

“Kami kurang lebih ada 10 orang pengrajin keranjang di desa ini, semuanya mengalami penurunan penjualan,” ujarnya.

Share this: