Benteng Times

Jembatan Alternatif di Gido Ambruk, Harga Bahan Pokok dan BBM Meroket di Nisel

Ratusan warga tampak melintasi Sungai Gido Sebua, Kamis (27/12/2018). Mereka terpaksa melintasi sungai, karena jembatan darurat yang dibangun rekanan PT Satu Tiga Mandiri telah ambruk saat dilintasi truk Fuso yang membawa material proyek pembangunan jembatan Sungai Gido, beberapa waktu lalu.

NIAS, BENTENGTIMES.com– Sejak jembatan alternatif di Sungai Gido Sebua, Desa Hiliweto, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, ambruk pada 19 Desember 2018 lalu, ekonomi masyarakat bergejolak di Kabupaten Nias Selatan (Nias) dan empat kecamatan di Kabupaten Nias. Harga bahan pokok mengalami kenaikan drastis, BBM (bahan bakar minyak) meroket, ongkos transportasi naik berkali-lipat.

Akibat jembatan alternatif ambruk, akses transportasi yang menghubungkan antara kecamatan di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan putus total. Sementara, jembatan Sungai Gido Sebua hingga kini masih dalam proses pengerjaan.

Menurut informasi diperoleh, ada empat kecamatan di Kabupaten Nias yang terkena dampak putusnya jembatan Sungai Gido Sebua itu, yakni Kecamatan Sogaeadu, Idano Gawo, Ulugawo dan Bawolato. Kemudian 33 kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.

Saat ini, masyarakat yang ingin bepergian ke Gunungsitoli dan sebaliknya harus melintasi Sungai Gido Sebua dengan berjalan kaki. Sementara, untuk sepeda motor harus menggunakan tenaga warga sekitar yang menawarkan jasa penyeberangan. Untuk itu, setiap pengendara harus berogoh kocek biaya penyeberangan sebesar Rp20 ribu per unit kendaraan.

Efek lain dari ambruknya jembatan itu, harga bahan pokok dan bahan bakar minyak (BBM) di dua wilayah itu naik drastis. Kemudian, warga yang ingin memakai jasa transportasi umum harus dua kali sambung.

BacaSatu Keluarga di Nias Selatan Tertimbun Longsor, Satu Orang Ditemukan Tewas

BacaJalan Nasional Nisel Nyaris Putus Dihantam Ombak 5 Meter

Seperti penuturan Memo Hulu, warga Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan, harga eceran bensin (premium) sejak ambruknya jembatan Sungai Gido Sebua naik menjadi Rp20 ribu per liter. Padahal, sebelumnya masih seharga Rp7 ribu per liter. Sedangkan, harga-harga bahan pokok naik bervariasi dari Rp5 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram.

“Kemarin aja pas hari Natal, bensin sempat kosong di Gomo, bang. Apalagi di sini memang belum ada SPBU. Kalau harga sembako semua naik, beras yang biasanya kami beli Rp20 ribu per tumba, sekarang Rp25 ribu per tumba,” kata Memo kepada BENTENG TIMES, melalui telepon selularnyaKamis (27/12/2018).

Ia berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan alternatif tersebut. Sebab jika tidak, maka masyarakat akan semakin terbebani.

“Kita sangat prihatin, apalagi masyarakat daerah Gomo sekitarnya, tergolong miskin,” ucap Memo.

Super Darurat

Pantauan BENTENG TIMES di lokasi, Kamis (27/12/2018), tampak ratusan warga mengantre hendak menyeberangi Sungai Gido Sebua. Mereka harus melintasi sungai dengan berjalan kaki untuk melewati jembatan super darurat terbuat dari kayu itu. Disebut super darurat, karena posisinya rendah di atas permukaan air sungai, sehingga kalau banjir jembatan ini tidak bisa dilewati.

Ina Gasuri, salahseorang pengendara sepeda motor menuturkan, untuk menyeberangi Sungai Gido Sebua harus menggunakan jasa warga sekitar. Sebab jika tidak, akan sulit menyeberangkan sepeda motor seorang diri karena harus melintasi jembatan super darurat dan jalan berlumpur.

“Untuk jasa penyeberangan, kita bayar Rp20 ribu,” tutur Ina Gasuri, yang mengaku baru pulang dari Kota Gunungsitoli untuk berbelanja keperluan baju Natal dan Tahun Baru bagi anak-anaknya.

BacaPria Mirip Kacab Disdik Gunungsitoli Mesra Dengan Wanita Cantik, Ini Fotonya..

BacaSungai di Nias Selatan Meluap, 1 Warga Hanyut

Lain lagi dengan Herman Laia, perantau asal Teluk Dalam. Menurut pria yang selama ini menetap di Batam itu, dari Gunungsitoli menuju kampung halaman di Teluk Dalam, ia harus naik angkutan umum dua kali sambung. Pertama, naik angkutan umum dari Gunungsitoli sampai di Gido, kemudian sambung lagi dari Gido ke Teluk Dalam, dengan ongkos Rp120 ribu per orang.

“Sebelumnya, ongkos angkutan umum dari Gunungsitoli-Teluk Dalam hanyaRp50 ribu per orang. Tentu ini sangat memberatkan bang, tapi mau gimana lagi,” keluh Herman pasrah.

Imbauan Bupati Segera Bangun Jembatan Alternatif, Diabaikan

Untuk diketahui, jembatan Sungai Gido Sebua telah dirobohkan pada Mei 2018 lalu karena salahsatu penyangga jembatan tumbang. Kemudian, oleh pemerintah dibangun kembali jembatan yang baru berbiaya Rp13 miliar. Dana bersumber dari APBN, dengan masa pengerjaan 120 hari, dimulai 16 Mei 2018.

Hingga kini, PT Satu Tiga Mandiri, rekanan yang dihunjuk pemerintah masih melakukan proses pembangunan jembatan tersebut. Saat proses pembangunan jembatan berlangsung, PT Satu Tiga Mandiri sebenarnya sudah membangun jembatan alternatif, namun pada Rabu (19/12/2018) sekira pukul 10.30 WIB, jembatan darurat itu ambruk saat dilalui truk Fuso bermuatan material proyek.

Truk itu pun ikut terjatuh ke sungai. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Saat BENTENG TIMES berusaha konfirmasi, tidak seorang pun pihak PT Satu Tiga Mandiri yang memberikan keterangan. Termasuk para pekerja di lokasi proyek.

Ternyata, Kapolsek Gido Iptu Khamzar Gea juga mengaku kesulitan menemui pihak PT Satu Tiga Mandiri. Terutama dalam hal koordinasi di lapangan, seperti memaksimalkan jasa penyeberangan terhadap masyarakat.

“Saya saja susah menemuinya. Dua hari lalu, saya butuh tali untuk menyeberangkan warga. Saat kami minta, mereka tak bisa memberikan,” keluh Khamzar Gea.

BacaDalam 3 Hari, 280 Liter Tuak Nias Disita

BacaKeren! Garuda Indonesia Tambah Frekuensi Penerbangan Medan-Nias

Padahal sebelumnya, PT Satu Tiga Mandiri sudah menyatakan siap memperbaiki jembatan darurat saat menerima kunjungan Bupati Nias Sokhiatulo Laoli, di lokasi.

“Kemarin sama pak Bupati (dibilang) oke, siap, segera memperbaiki jembatan darurat itu. Nyatanya, abang lihat lah,” Khamzar Gea geram.

Exit mobile version