Lahan Pertanian di Sumut Sudah Sangat Mengkhawatirkan

Share this:

MEDAN, BENTENGTIMES.com – Kondisi lahan pertanian di Sumatera Utara (Sumut) saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, karena itu perlu penanganan yang intensif dan serius untuk mengembalikan kesuburannya.

“Tanah pertanian kita pada umumnya telah kritis, telah rusak atau telah sakit akibat penggunaan pupuk kimia yang sangat intensif selama ini. Kebiasaan petani membakar jerami atau sisa tanaman sebelumnya juga menjadi pendorong semakin kritisnya tanah pertanian kita,” kata pakar pertanian Sumut Prof Abdul Rauf seperti dilansir dari gosumut.com, Senin (26/3/2018).

Rauf yang juga dosen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) ini juga mengatakan, untuk mengatasinya diperlukan penggunaan pupuk organik dalam jumlah yang besar. Tidak seperti yang direkomendasikan pemerintah selama ini yakni antara dua hingga tiga ton per hektare melainkan sebanyak 25-35 ton per hektare.

Minimnya penggunaan pupuk organik sebagaimana yang dianjurkan pemerintah ataupun produsen pupuk organik tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas hasil pertanian.

“Dosis pupuk organik yang hanya dua hingga tiga ton per hektare jelas tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap produksi, tetapi bila menggunakan dosis sesuai kebutuhan tanah dan tanaman sebanyak 25-35 ton per hektare barulah bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap kesuburan tanah dan produktivitas tanaman,” kata dosen Pascasarjana USU ini.

Hitungan sederhananya saja kata Rauf, jika kandungan bahan organik tanahnya tinggal dua persen sementara tanah yang subur itu kadar bahan organik tanahnya minimal tiga persen maka diperlukan tambahan satu persen.

Ini berarti diperlukan pupuk organik sebanyak 25 ton jika BD tanahnya 1,25 gram per cm2 (berat tanahnya 2.500 ton per hektare dengan kedalaman 20 cm).

“Sementara tanah pertanian kita saat ini berdasarkan hasil survei yang kami lakukan umumnya kurang dari dua persen. Makanya, pemakaian pupuk organik sudah seharusnya ditingkatkan menjadi antara 25-35 ton per hektare sehingga hasil yang diperoleh signifikan,” kata Rauf.

Minimnya rekomendasi dosis penggunaan pupuk organik yang dianjurkan pemerintah maupun produsen, menurut Rauf, membuat petani enggan menggunakan pupuk organik dalam usaha taninya.
Sebab, menurut petani hasil yang diperoleh dengan pupuk organik tidak memberikan hasil maksimal.

“Padahal karena kondisi tanah pertaniannya yang sudah kritis sehingga diperlukan pupuk organik dalam jumlah yang sangat besar barulah hasil pertanian memberikan hasil maksimal,” jelas Rauf lagi.

Share this: