Ditemani Sihar, Djarot Nyadran di Makam Ibunda: Islam Ajarkan Kedamaian, Berkasih Sayang

Share this:
BMG
Djarot Saiful Hidayat nyekar di pusara ibunda, Kompleks Pemakaman Umum Pasar Tembok, Kelurahan Tembok Duku, Kecamatan Bubutan, Surabaya.

SURABAYA, BENTENGTIMES.com – Istilah Nyadran adalah tradisi yang tak asing bagi masyarakat Jawa. Nyadran merupakan suatu rangkaian budaya berupa pembersihan makam orangtua, tabur bunga dan membaca doa di pusara tersebut.

Bagi Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat, nyadran acapkali dilakukan setiap tahun menjelang puasa dan Idul Fitri.

“Agar kita tahu asal usul kita, menjaga silaturahmi dengan keluarga karena akan berkumpul,” ucap Djarot, Senin (15/5/2018).

(BACA: Djarot-Sihar Ziarahi Makam Bung Karno)

Menurut Djarot, yang besar dalam keluarga yang memegang teguh nilai-nilai Islam dan adat Jawa, berziarah ke makam leluhur dapat merekatkan keluarga yang lama tak bersua. “Islam itu mengajarkan kedamaian, berkasih sayang,” katanya.

Ayah tiga putri itu juga menerangkan pemakaman yang ada di Jawa sedikit berbeda. Pada kompleks pemakaman di daerahnya biasanya sesuai kampung halaman, beda kampung maka beda letak makam yang akan didatangi.

Djarot Saiful Hidayat nyekar di pusara ibunda, Kompleks Pemakaman Umum Pasar Tembok, Kelurahan Tembok Duku, Kecamatan Bubutan, Surabaya.

“Seperti saya ini, kalau mau mengunjungi makam ibu, saya akan mengatakan di Kampung Respati, bila dari pihak ayah di Paneleh, beda kompleks,” katanya.

Lalu kata Djarot, hal tersebut memudahkan si peziarah mendapatkan makam sanak familinya. “Wah kalau saya dirunut ke atas, saya itu dari daerah Ngampel,” katanya.

(BACA: Djarot: Dada Bung Karno Seakan Berdetak)

Saat mengunjungi makam ibunda di kompleks Pemakaman Umum Pasar Tembok, Kelurahan Tembok Duku, Kecamatan Bubutan, Surabaya, mantan orang nomor satu di Provinsi DKI Jakarta itu tidak sendiri. Ia ditemani Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara Sihar Sitorus beserta para istri.

Djarot terlihat duduk lesehan di area makam, menengadahkan tangannya sambil berdoa yang dipimpin Ustad Thamrin Munthe.

Usai ziarah, Sihar Sitorus menyampaikan bahwa menziarahi makam orangtua merupakan budaya positif.

“Kita harus mengunjungi makam orangtua dan mendidik anak kita agar seperti itu juga. Pada gilirannya kita pun akan dikunjungi oleh anak-anak kita kelak,” katanya.

Menurut Sihar, kegiatan nyadran juga dapat sebagai media silaturahmi, antara kakak dan adik, saudara yang tinggal berbeda daerah.

Share this: